Story

147 12 0
                                    

"Aku terjebak pada rasaku yang terlalu dalam, bisakah kita membuat dunia kita sendiri?"-Arnesa

if I can't be close to you
I'll settle for the ghost of you -Someone

---


Nesa terduduk di depan perapian, membaca sebuah Novel yang ia bawa dari dunia Muggle 2 tahun yang lalu. Memakai pakaian yang ia gunakan pertama kali saat memasuki kastil ini. Sebenarnya masih muat karena tinggi badan Nesa tak terlalu tumbuh.
"hey, tak maukah kau mengantarku ke stasiun? ayolah, sekali saja kau jadi adik yang baik" ucap Terence yang kini sedang menarik koper dan membawa sebuah mantel tipis berwarna hijau gelap.
Nesa kemudian berdiri, meletakkan Novel itu di sebuah meja kaca.
"akan kuantar, tapi janji jangan melarangku untuk menangis. aku akan merindukanmu terence" ucap Nesa dengan berkaca-kaca.
"aku sendiri tak tahu bagaimana kau bisa mengenangku sebaik itu, kita bahkan jarang berbicara" ucap terence.
"ya, tapi kau sering membantuku, kau ingat?" timpal Nesa yang kini sudah menangis.
"oowwwhh, ayolah, jangan menangis. aku janji akan mengirim surat. Oke?".
Nesa hanya mengangguk kecil, kemudian terlelap dalam rangkulan tangan Terence.
------
Mata Nesa kini sudah sembab, semua orang sudah bergegas memasuki kereta untuk pulang kerumahnya masing-masing.
"so touching" ledek Hermione yang entah datang darimana.
"oohhh diamlah Granger!"ucap Terence kasar.
"aaiisss, ingat.. kau tak boleh kasar dengan para kakakku" ucap Nesa dengan kesal
"baiklah, aku hanya bercanda" ucap Terence yang kemudian tersenyum kecut. "aku pergi dulu jaga dirimu, kalau Potter menyakitimu aku akan menendangnya sampai ke azkaban" ucap Terence.
"aku mendengarnya Higs" ucap Harry yang muncul dari belakang Terence.
"lihat siapa yang menjadi kekasih siapa. kau bilang Nesa tak boleh punya pacar" sarkas Terence, yang kemudian mengusap kepala Nesa. "jaga dirimu" bisik Terence. punggung pria itu perlahan mengilang masuk kedalam kereta.

"kau tak mau ikut kerumah ku Nesa? disana kau bisa bersama Ginny, atau George, Fred bahkan kau bisa belajar membuat pie apel yang nikmat dari ibuku" tanya Ron.
"kau sangat cerewet Ronald, kau lupa bahwa Nesa punya jadwal latihan yang padat?" sela Hermione. ya memang dia yang paling memahami jalan fikiran Nesa. suasana stasiun semakin riuh dan ramai. Nesa sedikit berkunang-kunang. ada keringat dingin menetes di pelipisnya.
"kami pamit dulu oke, jaga dirimu. jaga kesehatan. balas suratku. aku akan merindukanmu"
secara bergantian The Golden Trio itu memeluk Nesa. PAndangan Nesa tertuju pada kekasih dan sahabatnya itu.

'mereka pulang, lantas aku kemana?' batin Nesa. Para siswa mulai berdesakan untuk naik ke kereta. Porter sudah meniupkan peluit tanda berangkat yang membuat para siswa makin terburu-buru untuk naikke kereta. badan Nesa yang kecil tertabrak kesana kemari. kepala nya sedikit pusing.

Hap !! Badan Nesa yang terhuyung ditangkap oleh laki-laki dengan stelan jas hitam mahalnya.
"bagus, karena kasihan padamu aku menjadi tertinggal kereta" ucapnya yang seperti dibuat kesal.
"kau sebenarnya masih bisa mngejar kereta itu Draco" jawab Nesa, "dan terimakasih sudah kasihan padaku" ucap Nesa.
"kau sakit lagi ?" Tanya Draco dengan tatapan nanar menanti jawaban.
"tidak, aku sekarang jadi takut sakit karena Harry pasti akan memarahiku dan sangat khawatir lebih dari dulu. Just.. like Panic Attack, tempat ini terlalu ramai" jelas Nesa yang kini menarik tangan Draco untuk duduk. berangsur tempat itu menjadi sepi, kereta sudah berangkat. sepertinya Draco lebihh karah sengaja agar ektinggalan kereta.

"rambutmu.." ucap Draco "bagaimana bisa menjadi seperti itu" tambahnya lagi.
"entahlah, ada satu peristiwa yang aku rasa tak bisa ku katakan padamu" jawab Nesa yang sedang menatap sekitar.
diam-diam Draco mengeluarkan tongkatnya "legilimens"

SERENDIPITY [Draco Malfoy]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang