"Seharusnya memang tidak boleh melupakan Masa lalu"-Albus Dumbledore
POV Harry
Tunggu, untuk apa gadisku itu berada di ruangan itu ? aku melangkahkan kakiku menuju tempat Nesa pergi yang entah kemana.
"Arnesa?" panggilku, tapi gadis itu hanya tersenyum dan kemudian menghilang. dibaliknya ada ruangan, sepeertinya ada yang sedang berdebat.
"Tidak !! keduanya sangat penting bagiku. I must be the one who kills the Boy, and of course The Girl after I get what I need. Sayang aku belum menemukan dimana keponakanku itu"
"aku tak akan mengecewakanmu tuanku"
"good"
aku terus mendekat kearah suara itu, tapi tiba-tiba sinar hijau menyilaukan membuyarkan pandanganku. aku berteriak.----------
"Harry !! ada apa?" tanya Hermione yang membangunkan Harry, sepertinya dia bermimpi.
"Ronald !! bangunlah, dan jangan tidur lagi, Nesa sudah menunggu kita dibawah. Cepat lah" tambah Hermione sembari mengibaskan selimut agar 2 temannya itu segera terbangun.
"awww"
"ada apa Harry apa bekas lukamu sakit lagi?" tanya Hermione dengan khawatir.
"tidak, hanya sedikit" Jawab Harry, sementara mereka urun, Golden trio itu dikejutkan dengan Nesa yang sudah terduduk lemas, dibantu oleh Molly, ibu Ron.
"Arnesa ! kau kenapa ? mana yang sakit ? apa ada yang terluka?"
"calm down Harry, aku hanya merasakan sedikit Migrain. sepertinya karena aku tak cukup tidur. Molly sudah memberiku teh. I'll befine"
Harry bernafas lega mendengar jawaban dari Nesa.----------------
"kenapa kau cemberut hm?" Tanya Harry sambil merangkul Nesa.
"Kau tahu ? aku sangat tidak suka dengan penampilanmu, sudah kubilang kan terakhir kali kita bertemu bahwa kau harus memotong rambutmu"
BRUKK !!!
seseorang baru saja melompat turun dari atas poohon.
"semuanya kenalkan ini Amos Diggory, rekan kerjaku di kementrian, dan pemuda ini adalah Cedric Diggory" ucap Mr Weasley, ayah Ron. mereka saling berkenalan dan melanjutkan perjalanannya menuju tempat tujuan merek, yang sebenarnya Nesa sendiri taktahu.
"mengapa kita berkumpul untuk mengelilingi sepatu butut ini?" tanya Harry.
"ini bukan sembarang sepatu butut, ini adalah Portkey" ucap Fred
"aku pernah menggunakan Portkey" sela Nesa.
"dan kemana kau pergi Nesa" tanya Fred.
"tentu saja dia tidak menemuimu Fred" jaawab George. ini pertama kalinya Nesa mengobrol intens dengan si kembar Weasley, mereka sangat menyenangkan dan tak membuat Nesa caggung.
mereka semua memutari Portkey itu, dan sampailah di suatu tempat.
"all right kids, wellcome to the Quidditch world Cup" sambut Mr Weasley.
Suasananya sangat meriah, hanya saja Nesa tak terlalu tertarik dengan Quidditch. Mereka mmasuki tenda yang sudah di siapkan sebelumnya, tenda yang kecil. tapi sepertinya sudah dimantrai. DIdalamnya sangat luas bahkan ada beberapa kamar dan dapur juga."kau tahu Mione, aku sejujurnya tak terlalu suka Quidditch. Aku benci terbang dan ketinggian sejujurnya" bisik Nesa pada Hermione yang sedang membereskan barangnya,
"aku suka menonton Quidditch, tapi aku juga tak suka terbang" jawab hermione yang kemudian dibalas saling tatap dan tertawa mngingat ketakutan mereka ternyata sama.
"kenapa kalian ?" tanya seorang gadis berambut merah lurus, dia Ginny.
"jangan mebicarakan Quidditch lagi. atau Atlit satu ini akan memarahi kita" ledekku. Ginny memang sangat mahir dalam bermain Quidditch, seperti sosok yang sempurna. Cantik, pandai, dan berbakat.
"Arnesa, ini minumlah obatmu dulu. Pertandingan dimulai sore menjelang malam. Nanti kau tak sempat" ucap Harry.
"kemarikan biar aku saja" cgah Ginny kemudian mengambil obat dan minum yang tadinya akan disuapkan pada Nesa.
"Thanks Ginny, kau sangat baik. berbeda dengan kakak-kakakmu yang sangat jahil"
"Kami mendengarnya Arnesa Severus Snape" teriak ROn, Fred, dan George secara bersamaan. Nesa terkekeh kecil.
Harry yang sudah melihat Nesa minumobat kini menjadi tenang dan meninggalkan kamar para perempuan itu. sebelumnya tentu sudah mengacak rambut Nesa dan mencium ujung kepalanya.
"eeuughhh, aku benci sia mengacak-acak rambutku" ucap Nesa yang kemudian mengikat rambutnya dengan menggunakan tongkatnya, seperti biasa. menjadikannya tusuk konde.---------------
"astaga, seberapa tinggi lagi kita akan naik dad" Celetuk Ron yang udah sangat mengeluh karena tak kunjung sampai di tribun penonton. "rasanya kakiku sudah mau patah Dad" keluh Ron lagi."anggap sajalah begini, jika hujan.. kau yang pertama tahu" ucap seorang pria bersurai pirang panjang Lucius Malfoy, disebelahnya ada Draco yang tertawa kecil. Mengejek.
"ayah dan aku duduk ditempat kementrian, atas undangan Cornelius Fudge sendiri" sombong Draco.
"jangan Menyombong Draco" sarkas Lucius.
"Ya Draco, jangan sombong !! kalau kau sendiri saja masih meminta bantuan gadis untuk menghadapi preman" teriak Nesa sambil tertawa. terlihat keluarga Weasley menahan tawa, walau sebenarnya tidak tahu pasti apa maksud Nesa. Tiba-tiba tongkat Lucius ia arahkan kepada Harry, dengan Cepat Nesa menangkap Tongkat itu.
"Nikmati waktu selagi bisa huh? jangan pernah menyentuh kekasihku, atau aku bisa melucuti tongkatmu tuan Malfoy" Ucap Nesa tegas, iris matanya berubah menjadi merah padam. "hentikan Nesa" cegah Harry lembut. Tentu saja Lucius merasa terhina, tapi tidak dengan Draco, ia merasa ngeri dengan perubahan raut wajah Nesa. Gadis terkadang sangat-sangat menakutkan. Rombongan Weasley terus menaiki tribun meninggalkan dua Malfoy yang masih berekspresi getir.
"siapa gadis berambut silver itu Draco? apa dia keturunan penyihir kuno?" Tanya lucius.
"tidak dad, yang ku tahu dia seorang Muggle-born. Tapi memang terkadang ada yang aneh" jelas Draco.
-------
Pertandingan berjalan sangat seru, Fred dan George merayakan kemenangan tim irlandia sambil meledek Ron yang pendukung dan penggemar berat Victor krum, seeker Bulgaria. "harus ku akui, bahwa Krum memang sangat memikat" celetuk Nesa,
"ayolah Arnesa, kau tak puas menjadi kekasih seeker Gryffindor?" ledek Hermione.
"sejujurnya Mione, aku tidak merasa menjadi kekasih seeker Gryffindor. Tapi menjadi kekasih bocah keras kepala" jawab Nesa sambil Tertawa, Harry yang bersiap mengejar dan entahlah apa yang selanjutnya terjadi.
"sepertinya pendukung Irlandia sedang berpesta"celetuk Ginny.
"tidak, itu bukan pendukung Irlandia. Kita harus pergi. Sekarang!" titah Mr Weasley. "Fred, George Ginny menjadi tanggung jawabmu. cepatlah menuju ke Portkey" tambahnya.
Suasana sangat kacau, ada gerombolan asap hitam yang menghancurkan tenda-tenda itu. Suara ledakan dan api ada dimana-mana. Harry menggandeng Nesa dan menariknya untuk berlari sekuat tenaga. Sayangnya mereka harus terjatuh ditengah kerumunan tubuh mereka terinjak dan terbentur beberapa Kali.
Pov Nesa
Aku membuka mataku, ada bayangan seseorang berbaju serba hitam. Ia mengeluarkan tongkatnya dan membuat sebuah tanda di langit. Tiba-tiba kepalaku terasa sangat sakit lebih tepatnya di belakang telingaku.
Pria itu mendekati tubuh Harry yang tergeletak tak jauh dari tubuhku "Stupefy!"
aku melayangkan Mantra pada pria itu sayangnya meleset, mungkin karena tangan ku sangat gemetar. Aku merasa sangat marah saat pria itu mendekati Harry. Aku berlari menuju Harry dan langsung menelentangkan tanganku untuk menghadang orang itu.
"Jangan-Pernah-menyentuh-Harry!!" teriakku
Pov Draco
Tidak, gadis sinting itu justru melindungi Potter sialan itu ? haruskah aku menolongnya? aku melangkahkan kakiku untuk menarik Nesa agar dia pergi menjauh dari Death Eater itu.
"Ternyata gadis itu" ucap ayahku, aku tak tahu apa maksudnya, aku tersentak kaget saat melihat dari jauh iris Nesa berubah menjadi Merah padam dan ada api hijau yang keluar dari pundak dan tangannya. "tidak, dia bisa menghancurkan semuanya seperti kelas Professor Lupin" lirihku.
"Gadis itu bisa seperti itu? bisa dipastikan dia adalah gadis dalam ramalan itu. Biarkan saja, jangan campuri urusan mereka" ucap ayahku yang kemudian menarikku dan kami langsung Berapparate menuju manor.
--------------------------
Hay kalian yang sudah berkenan membaca. Jangan lupa bantu koreksi typo dan Vomment OK :)
Thank u and I love u :) :*

KAMU SEDANG MEMBACA
SERENDIPITY [Draco Malfoy]
Fanfiction"Sebuah kebetulan aku bertemu dengan semua hingga kebetulan itu membawaku dalam pelukanmu.. sampai akhir. peluklah aku" Nesa tak menyadari bahwa ia merupakan salah satu bagian penting dalam sekolah sihir yang bahkan tidak pernah ia mimpikan. "sadar...