Goblet of Fire 10

102 10 0
                                    

"Jika harus memilih antara kau dan hidup. Aku akan menggunakan akhir hidupku untuk mu"-A.R.Black

Second task, semuanya sudah berkumpul di danau hitam. Sejujurnya Nesa masih belum tahu, bagaimana caranya dia bisa bernafas didalam air, bahkan berenang saja dia tidak bisa. Semua peserta sedang berkumpul untuk briefing.

"Krum, dimana Andrew?" Tanya Nesa yang kemudian dibalas gelengan saja. Cih, bahkan adik kakak itu sangat saling cuek. Bahkan Nesa juga tak melihat Hermione sudah sejak kemarin ketika makan malam. "Permisi nona" Ucap krum yang kemudian membetulkan posisi jimat liontin naga di leher Nesa dan mengarahkan tongkatnya. 

"pomosht idva" Kemudian sebuah cahaya muncul dari liontin naga itu. "ini jimat, kalau adikku disini dia pasti akan melakukan itu. Kau terlihat bingung" Ucap Victor yang kemudian berlalu meninggalkan Nesa. "Krum, Wait ! thank you" Ucap Nesa dengan tersenyum, dan ternyata ada mata lain yang menatap Senyum Nesa. Mata dibalik kacamata.

semua bersorak untuk jagoannya masing-masing. Tentu saja Slytherin mendukung Nesa mengingat sifat setia dari asrama itu, walaupun beberapa masih mengejeknya karena status darah Nesa. Gadis itu hanya tersenyum.

"God, please Help Me.  Setelah ini aku janji tidak akan berbicara kasar pada ayah angkatku" Lirih Nesa sambil menyatukan kedua tangannya. Setelah sambutan dari Dumbledore, suara tembakan meriam terdengar tanda bahwa tantangan itu sudah dimulai.
"Demi tuhan dan merlin di dunia sihir. Aku tidak bisa berenang" Ucap Nesa Frustasi, "Ayolah bantu aku"

Tiba-tiba Harry muncul melompat dari air, cipratan air itu mengenai badan Nesa sampai akhirnya Nesa merasa sangat kepanasan. Dia merasa kakinya menjadi lemah, dan terpaksa menceburkan diri kedalam Danau hitam. Kakinya berubah menjadi sebuah ekor. Bukan ekor ikan lebih kearah Naga air sepertinya.
Nesa tahu, ini pasti karena jimat dari Andrew. 

'setelah ini aku janji tidak akan memukulnya sembarangan' ucap Nesa dalam Hati. Hampir 1/2 jam Nesa menyusuri dasar Danau hitam, Tongkatnya ia pasang dirambut, seperti biasa. 

"Diggory?" lirih Nesa, dengan cepat ia mengikuti kemana arah pria berkulit pucat itu pergi. Sial, ternyata ketiga temannya menjadi harta yang harus diselamatkan. Sudah dipastikan setiap pemain harus menyelamatkannya. Tiba-tiba seekor hiu melintas cepat dan memutus tali yang mengikat Hermione, Nesa yang tersentak kaget tidak sengaja menabrak Harry saat berenang menghindar.
Bagus ! Cho sudah diselamatkan pria Huplepuff itu, Hermione dibawa Hiu yang ternyata Krum. Tinggal tubuh Ron, Andrew, dan Adik Fleur.

"Fleur sudah gagal, kalian cepat lah" Ucap Krum sebelum berenang ke permukaan.

Harry berusaha menyelamatkan adik Fleur tapi dicegah oleh sekumpulan Grindylows yang mengarahkan trisula pada Harry. "Only One" Ucap Mahluk itu.

Nesa dan Harry saling memandang, kemudian Harry menggenggam Tangan Ron yang sudah dilepas ikatan pada kakinya.
"Potter, kau bawalah Juga adik fleur. Aku akan mengurus mahluk itu juga Andrew" Ucap Nesa. Gadis yang kini berwujud setengah naga air atau mermaid ? ya seperti itulah sudah mencabut tongkatnya  dari rambutnya.

Andrew, Ron, dan adik Fleur muncul ke permukaan. Semuanya bersorak. kemudian Di susul Harry yang kembali ke permukaan dengan nafasnya yang tersengal.

POV Harry
"Potter, kau bawalah Juga adik fleur. Aku akan mengurus mahluk itu juga Andrew" Ucap Arnesa yang sebenarnya membuatku bergidik. Apa yang akan dia lakukan? Dia mencabut tongkatnya yang berada dirambut.
'Kebiasaan yang buruk' Batinku. Aku hanya mengangguk dan mundur beberapa saat. Dia melemparkan mantra pada pengikat pria Durmstrang itu dan sepertinya menarik nafas panjang.
"Please dont call me like that. I love you and I miss you my lil sister" Ucapku kemudian membelai pipi pucat Arnesa.
Aku melepaskan ikatan pada adik Fleur kemudian segerombol mahluk 1/2 ikan mulai menyerang kami. Aku merasakan sakit yang sangat.
"No !! kalungku" Teriak Arnesa yang membuatku panik berusaha meraih tangannya yang masih memegang tongkatnya yang bercahaya.
"Ascendio!" ucapan Arnesa yang berhasil ku dengar sebelum sebuah kilatan cahaya menyambarku dan aku seperti tertarik ke permukaan.

--------
"Arnesa, dia berada dalam masalah!" Teriak Harry.
"What??!! dimana Arnes Potter ? kau meninggalkannya?" Teriak Andrew yang sudah menunggu gadis rambut silver sedari tadi.

"Kau tahu apa yang terakhir kali terjadi?" Tanya Andrew lagi, yang menoleh kearah belakang. Snape dan Draco mulai menghampiri Harry.

"Dia berteriak tentang kalungnya, kemudian merapalkan mantra sampai aku terpental kemari" Jelas Harry.

"Mungkin dia akan segera muncul, tenanglah" Ucap Ron. "Butuh waktu lama untuk berenang sampai permukaan" timpalnya lagi.
Pletak !! Sebuah pukulan jatuh kearah kepala Ron.
"Kau bodoh ! dia bahkan takut dengan kedalaman air. Mana mungkin dia bisa berenang" Ucap Hermione khawatir.

"ini masalah besar kalau begitu. Mungkin saja kalung yang Arnes maksud adalah jimat yang aku berikan. Jika jimat itu hilang maka dia bisa mati tenggelam" Ucap Andrew, semuanya panik saat menyadari bahwa tongkat Nesa berada ditangan Harry.

Draco yang sedari tadi hanya memperhatikan kemudian melompat kedalam Danau setelah mendengar penuturan Andrew, di ikuti oleh Andrew. Keadaan menjadi tidak kondusif. Seluruh siswa mulai bergerombol. Desas desus yang mebicarakan Nesa juga semakin ramai.

Draco dan Andrew muncul ke permukaan dengan tubuh gadis berambut silver yang sudah tak sadarkan diri. Dibawanya tubuh gadis itu untuk diberikan mantra penghangat. Draco terus menepuk-nepuk pipi Nesa sedikit keras agar gadis itu terbangun.

"Biarkan aku melihat adikku" Teriak Harry, yang kemudian dicegah dengan rentangan Tangan kanan Draco. "Menjauh darinya Potter!" Ucap Draco penuh emosi.
Andrew kemudian menepis kedua pria itu yang sepertinya sudah tejadi kontak perang dingin diantaranya.

Andrew menekan-nekan dada Nesa, sesekali menepuk-nepuk tangan Nesa. Harry yang memperhatikan seakan De Ja Vu dan tahu apa yang akan dilakukan Andrew setelahnya jika Nesa tak kunjung sadar. Harry bergerak ingin menghampiri tubuh Nesa yang kini bibir pucatnya akan bersentuhan dengan bibir Andrew, namun tangan Hermione mencegahnya "Tidak Harry, kau harus berhenti bersikap egois. Aku tidak mau kehilangan Adikku" Ucap Hermione. bruntung kali ini Ego Harry bisa diredam oleh Gadis berambut Coklat itu.

Di sisi lain, Draco juga seakan terlonjak ingin mencegah Andrew menyentuh bibir gadis itu. bernasib sama seperti Harry, Draco juga di cegah Blaise "Biarkan Mate, kau tak mau kan gadismu itu berada diambang maut" Jelas Blaise.
Draco menepis tangan Blaise "dia bukan gadisku" kemudian berlalu. "Saat dia sadar, bawalah dia kembali ke asrama" tambah Draco pada Pansy dan Daphne yang berdiri tak jauh darinya.

"uhuk-uhuk !!"
Nesa akhirnya tersadar setelah diberi nafas buatan oleh Andrew. Pansy dan Daphne langsung berlari menghampiri Nesa dengan membawakannya selimut.

"Dad, aku melihat semuanya, aku melihat maksud semuanya!!" teriak Nesa tiba-tiba kepada Snape. Snape hanya terlihat datar. "Professor Dumbledore, please. Hentikan semua ini sebelum terlambat" Pinta Nesa lagi pada Dumbledore.

"kau pasti lelah nak, bawa Ms Snape ke asramanya Ms Parkinson" titah Dumbledore pada Pansy yang dibalas anggukan. Nesa menatap sekitarnya sendu, kemudian berlari menuju Harry dan memeluknya "bertahanlah, aku akan memperbaiki semuanya sesuai tugas dan kemampuanku" Ucap Nesa. Harry hanya terpaku. Setelah sekian lama adiknya itu kembali ke pelukannya.

"Arnesa, ini tongkatmu" Ucap Harry dan memasangkannya di rambut Nesa yang sudah sangat panjang. "Ini adikku" Ucap Harry dan mencium ujung kepala Nesa yang hanya sebatas dagunya. Kemudian Ginny datang "Terimakasih sudah menyelamatkan Harry Nesa" Ucap Giny dan memeluk Nesa.

Tubuh Nesa kini dipapah Pansy dan Daphne untuk duduk di Sofa Common room Sytherin. Draco dan beberapa anak Slytherin lain sudah menunggu kdatangan Nesa, Wajah Nesa sudah sangat pucat.
Theo yang tanpa aba-aba apapun langsung meraih tubuh Nesa dan merangkulnya dalam pelukannya. Semua mata seakan melotot, pasalnya Theo sangat diam dan hampir tak pernah mengobrol dengan Nesa.
"Apa?? aku hanya menghangatkan tubuh Nesa"Ucap Theo yang sadar sudah ditatap orang sekitarnya.
"Thanks Theo" Ucap Nesa ditambah senyuman yang membuat beberapa pasang mata menjadi mabuk.

Draco meremas tangannya yang pucat sampai kukunya memutih, 'apa ini, mengapa sulit sekali untuk menggapainya' Batin Draco.

-------
.
.
.
.
Hai siapapun yang baca, terimakasih. Jangan lupa comment dan vote ya.
Maaf banget kalo part Goblet Of Fire nya kebanyakan dan bikin bosen. Akuu masih buntu mau gimana ceritanya.

Thank u and I love u :*

SERENDIPITY [Draco Malfoy]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang