BAB 13 [TERBONGKAR]

8.6K 1K 217
                                    

Eros terdiam meneliti dokumen yang baru saja Zayn berikan padanya. Dahi pria itu tampak mengeryit ketika sekali lagi membaca laporan yang ada disana.

Tak ada nama Nora.

Gadis yang selama ini menempati paviliun barat itu tidak ada didalam laporan berisi identitas para koban penculikan. Bahkan sekedar nama panjang gadis itu saja, Eros tidak bisa mengetahuinya.

Satu pikiran menyusup kedalam kepala. Membuat pria dengan iris hitam itu meremat kuat kertas ditangannya. Apa selama ini dia telah ditipu?

Apa sejak awal gadis itu bukanlah salah satu korban penculikan yang seharusnya ia selamatkan?

Yang paling buruk adalah, apakah justru Nora adalah pelaku yang selama ini ia cari?

Eros akan memaki dirinya sendiri jika hal tersebut benar-benar terjadi. Bukan hanya dibodohi, dia bahkan hampir meniduri gadis yang berkemungkinan besar adalah otak dibalik penculikan

"Apa kau yakin tidak ada yang terlewat?" tanya Eros memastikan.

"Tidak ada, Yang Mulia."

Dan Eros tidak mungkin tidak mempercayai kinerja Zayn. Pria itu jelas selalu teliti dalam mengerjakan semua tugas yang diberikan kepadanya. Sejauh yang Eros tahu, Zayn tidak pernah mengecewakan.

"Apa ada informasi tentang gadis bernama Nora?"

Eros menunggu dengan tidak sabar ketika melihat Zayn tampak mengingat sesuatu. Semoga bukan sesuatu yang buruk, bisik pria itu.

"Saya mendengar sesuatu tentangnya."

"Katakan padaku!"

.
.
.

"Tamatlah riwayat kita! Aku bahkan sudah bisa melihat alat pancung yang akan memisahkan kepala dari tubuhku. Ya Dewa... malang sekali nasibku ini. Bahkan aku belum sempat merengguk nikmat surga duniawi tapi sudah harus mati karena tingkah bodoh orang lain." Rea mengigit ibu jarinya. Nampak cemas memikirkan alat pancung didalam imajinasinya.

Sedangkan itu Nora hanya mendengus kesal mendengar celotekan Rea yang tak kunjung selesai. Gadis itu sibuk menggerutu dan terus mengulang kata mati, alat pancung dan surga duniawi berkali-kali.

"Mereka tidak mungkin menghukum kita." ucap Nora saat ia mulai jenuh melihat kecemasan Rea.

"Memang mudah mengatakannya, tapi apa yang kita lakukan benar-benar keterlaluan. Tidak salah lagi, kita pasti akan mati!"

Nora berdecak, "Kalau mau mati, jangan ajak-ajak aku! Mati saja sendiri."

Rea melotot. Menuding Nora dengan wajah memerah.

"Semua ini gara-gara kamu!" tuduhnya, "Aku tidak akan berada dalam posisi sialan ini jika bukan karena kebodohanmu!"

Nora memutar bola matanya dengan malas. Ucapan Rea tidak perlu dipikirkan. Gadis itu sangat-sangat berlebihan.

Lagipula Nora yakin sebesar apapun kesalahannya, Eros tak akan berani membunuhnya. Bukan Nora ingin sombong, tapi Kerajaan Saba memang tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan Kerajaan Sandor.

Sejak dulu, Saba memang terkenal dengan kerajaan yang jarang sekali terlibat konflik perebutan wilayah kekuasaan. Tidak seperti Kerajaan Sandor yang selalu berambisi memperluas wilayah, Saba justru lebih memilih untuk fokus mensejahterahkan rakyat yang sudah mereka miliki.

Tak heran mengapa Hera -- ibu dari Nora, memilih untuk bersembunyi dikerajaan ini. Karena selain kehidupan yang menjanjikan, Saba adalah satu-satunya kerajaan yang tak pernah terlibat konflik dengan kerajaan manapun.

ROYAL CHEATINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang