"Datang dari mana perempuan gila ini?"
.
.
Nora duduk diam mengamati perempuan-perempuan yang satu persatu masuk kedalam gerobak. Tubuh mereka kurus dan kotor layaknya orang yang tidak diberi makan berhari-hari.
Nora mendekati salah satu anak perempuan yang baru saja masuk kedalam gerobak. Secarik kain yang menutupi mata anak itu menarik perhatian Nora. Ah pantas saja si tampan menganggapnya bagian dari perempuan-perempuan ini.
"Boleh ku buka penutup matamu?" tanya Nora.
"Untuk apa? Bukankah Kakak juga tidak bisa melihatnya?"
"Ah aku hanya penasaran dan aku masih bisa melihat."
"Bagaiamana bisa? Apa Kakak menemukan obatnya?" tanya anak itu penasaran. Ada nada penuh harap yang terdengar dari caranya berbicara.
Nora mengangguk lalu detik berikutnya meringis karena melupakan fakta bahwa anak didepannya tidak bisa melihatnya.
"Aku coba lihat matamu dulu baru bisa memastikan apakah aku bisa membantu."
Anak itu mengangguk antusias. "Semoga aku masih bisa tertolong."
Nora mengaminkan dalam hati. Perlahan ia mulai melepas kain yang menutupi mata anak perempuan ini.
"Namamu siapa?" tanya Nora saat ia mulai meneliti kondisi mata anak didepannya. Jika dilihat oleh orang biasa mata anak ini akan tampak normal. Mereka pasti tidak akan mengira jika anak perempuan ini sudah kehilangan pengelihatannya beberapa bulan yang lalu.
"Namaku Berry. Nama Kakak siapa?"
"Nora."
"Senang bertemu denganmu Kak Nora. Jadi bagaimana dengan mataku? Apakah aku bisa sembuh?"
"Racunnya sudah menyebar cukup luas tapi sepertinya masih bisa disembuhkan."
Berry tersenyum lebar. Matanya bahkan berbinar tatkala mendengar apa yang Nora sampaikan.
"Tapi aku perlu waktu. Ini pertama kali aku menemukan racun seunik ini. Kau tidak keberatan menunggu lama?"
"Tidak masalah Kak. Aku bisa menunggu selama apapun asalkan bisa kembali melihat."
Nora tersenyum saja mendengarnya. "Jangan katakan ini pada siapapun ya, aku tidak ingin memberi harapan kosong."
Berry mengangguk antusias. "Aku janji!"
Nora terkekeh pelan. Ia mengusap kepala Berry dengan gemas. Baru sebentar tapi Nora sudah menyukai anak penuh semangat ini.
"Kalian akan kami bawa ke istana untuk diobati. Tolong jangan buat keributan dan berhentilah menangis. Sekarang kalian sudah aman dan tak akan disakiti lagi," ucap seorang prajurit membuat isak tangis dari gadis-gadis tanggung itu mulai mereda dan berhenti sepenuhnya.
Pintu gerobak itu ditutup rapat dari luar. Dari tempatnya duduk Nora bisa melihat tiga gerobak lain yang ada dibelakang.
"Aduh!" keluh Nora ketika kepalanya terbentur dinding gerobak saat gerobak berisi 15 perempuan ini ditarik oleh kuda didepan sana.
"Guk!" Karberos yang duduk diatap gerobak melonggok kebawah untuk memastikan keadaan Nora. Anjing besar itu kembali duduk dengan nyaman setelah memastian Nora baik-baik saja.
Interaksi mereka berdua ternyata tidak lepas dari pengawasan Eros juga Charlie yang sejak awal memang menaruh minat pada sepasang majikan dan hewan peliharaannya yang setia.
KAMU SEDANG MEMBACA
ROYAL CHEATING
RomansaNora terjebak. Desa tempatnya bermalam diserang oleh sekelompok prajurit dari kerajaan seberang. Alih-alih berlari menyelamatkan diri putri kerajaan Sandor ini justru berpura-pura menjadi wanita tunanetra dan dengan pasrah bergabung bersama tawanan...