"Yang Mulia Raja Henry dan Pangeran Eros memasuki aula!" seruan dari penjaga mengalihkan seluruh perhatian para undangan.
Serentak orang-orang itu menunduk hormat ketika dua penguasa Saba melangkah melewati mereka. Berjalan dengan penuh percaya diri kearah singgasana.
Didalam keramaian itu, Nora justru terpaku pada cincin yang menggantung diujung kipas tangan Felicia. Tanpa sadar Nora mengulurkan tangannya, berniat meraih cincin itu saat Felicia sudah lebih dulu berbalik badan dan berjalan menjauh.
Detak jantungnya memompa dengan cepat. Membuat tubuhnya bergetar karena praduga mengerikan yang mulai memenuhi pikiran.
Jangan...
Ku mohon jangan...
Nora menarik nafas dalam-dalam. Dia beranikan diri untuk menegakan kepala, menatap lurus kearah singgasana megah didepan sana. Saat itulah pandangan Nora bertemu dengan Eros.
Mata yang selalu dihiasi binar ceria itu kini tampak bergetar ketakutan. Nora ingin berlari mendekati Eros. Mengadu dan mempertanyakan keadaan Rea. Namun, suara Raja Henry menghentikan langkah Nora. Memusnahkan segala harapan yang sempat ia percaya.
"Hari ini akan jadi hari bersejarah untuk Saba." Raja Henry memulai pidatonya.
"Aku yakin beberapa diantara kalian sudah mendengar tentang ini. Oleh karena itu, malam ini, aku, Henry Cortez Saba, secara resmi mengumumkan pertunangan Pangeran Eros dan Ratu Felicia!"
Ucapan Raja Henry mendapat beragam respon. Aula besar itu kini dipenuhi dengungan dari para bangsawan. Sebagian besar menyatakan persetujuan, sedangkan sisa diantaranya mempertanyakan kembali keputusan Raja Henry.
Dari banyaknya suara, tak ada satupun yang terdengar ditelinga Nora. Dia hanya berdiri mematung dengan pandangan lurus kearah Eros. Menatap pria yang juga sedang melihat kearahnya.
Nora termenung. Dia sudah menduga semua ini akan terjadi. Tapi saat pikiran itu benar-benar menjadi nyata, ternyata rasanya lebih sakit dari yang Nora kira.
Nora pikir dia bisa melalui semuanya dengan mudah. Dia hanya kehilangan seorang pria dan bukan kehilangan hidupnya. Tapi kenapa dadanya justru terasa sangat hampa. Seluruh anggota tubuhnya seperti kehilangan kemampuan untuk bergerak. Membuat Nora hanya bisa berdiri seperti orang bodoh.
"Pada akhirnya ini bahkan lebih menyakitkan dari kematian."
Nora mengusap pipinya yang basah. Entah sejak kapan ia menangis, Nora sungguh tidak menyadarinya. Desakan kuat didalam dada membuatnya tanpa sadar melangkah mundur.
Dia tidak sanggup lagi terus berada ditempat itu. Terlebih ketika Raja Henry memberikan kotak perhiasan berisi sepasang cincin kepada Eros.
Sorakan dan tepuk tangan menggema memenuhi aula saat Eros dan Felicia saling menyematkan cincin. Wajah Sang Ratu terlihat begitu gembira seolah kemalangan tak pernah menimpa hidupnya.
Nora akhirnya menyerah. Dia berbalik badan dan melangkah menjauhi semuanya. Punggung kecil itu terlihat begitu rapuh dan Eros setengah mati menahan diri untuk tidak berlari mengejar Nora.
Eros terus menyakinkan diri bahwa ini adalah pilihan terbaik.
Dia tidak bisa menutup mata dan membiarkan begitu saja kondisi mental Felicia. Apa yang terjadi pada perempuan itu sedikit banyak menimbulkan rasa bersalah dan tanggungjawab bagi Eros.
Eros lupa jika bukan hanya Felicia saja yang bisa terluka. Sosok ceria seperti Nora nyatanya juga merasakan sakit yang sama. Orang bijak pernah berkata, jangan karena dia terlihat selalu bahagia lantas kau bisa seenaknya mencipta lara. Sayangnya, Eros tidak sebijak itu. Dia hanyalah seorang pria yang mencoba membunuh rasa cinta demi menjunjung tinggi logika.
KAMU SEDANG MEMBACA
ROYAL CHEATING
RomanceNora terjebak. Desa tempatnya bermalam diserang oleh sekelompok prajurit dari kerajaan seberang. Alih-alih berlari menyelamatkan diri putri kerajaan Sandor ini justru berpura-pura menjadi wanita tunanetra dan dengan pasrah bergabung bersama tawanan...