Pedang itu terayun. Terangkat tinggi hingga memantulkan cahaya dari sinar matahari pagi. Bilahnya yang tajam siap menebas kepala perempuan yang terpojok diantara tiang dan dinding istana.
Charlie mamantapkan hati untuk melenyapkan Nora. Hanya saja ketika pedang itu seharusnya menebas kulit manusia, Charlie justru mendapati pedangnya hanya bertemu dengan udara kosong.
Mata pangeran itu terbelalak. Ia segera mengedarkan pandangan mencari keberadaan Nora.
"Hei jangan kabur!" Charlie menunjuk perempuan yang berdiri diujung koridor.
Nora yang mendengar teriakan Pangeran Charlie sontak panik dan bersiap kembali melarikan diri.
"Dasar bodoh!" maki Nora untuk diri sendiri. Harusnya ia kabur sejauh mungkin.
"BERHENTI!"
"Jangan kejar aku Pangeran! Aku tidak mau jadi kekasihmu!" teriak Nora membuat para penjaga yang semula berniat mengejar menjadi mengurungkan niat. Pikir mereka, ini adalah urusan pribadi pangeran Charlie yang tidak seharusnya mereka campuri.
"Apa yang kalian lakukan?! Cepat kejar perempuan itu!" Charlie berseru marah.
Seorang prajurit sontak melempar pandangan kearah temannya. Mungkin meminta pendapat haruskah ia turuti permintaan sang pangeran? Tapi rasanya sedikit keterlaluan jika Pangeran Charlie tetap bersih keras menangkap wanita yang menolak cintanya.
"Arghh lupakan! Biarku kejar sendiri!" putus Charlie yang terlanjur kesal melihat para prajurit itu hanya saling melirik satu sama lain.
Charlie tidak menyangka dengan kaki pendek seperti itu, Nora bisa berlari secepat ini. Tubuhnya terlihat sangat ringan seolah-olah dia memang bergerak karena ditiup angin.
Sayang, tak beberapa lama kemudian tepat dipersimpangan koridor Nora tersentak ketika tubuhnya menabrak sesuatu yang keras. Tiang istana yang berdiri kokoh ditengah koridor sukses dihantam oleh Nora.
Kerasnya benturan membuat tubuh perempuan itu terpental dan terjatuh dengan pantat yang menghantam kerasnya lantai yang dingin.
Ia meringis kesakitan. Matanya memerah ketika merasa tulang-tulangnya remuk. Itu sakit sekali. Seratus kali lebih sakit saat pantatnya dipukul rotan kayu.
Sepuluh langkah dari sana, Pangeran Charlie nampak mengerjap kaget melihat peristiwa naas tersebut. Pria itu ikut meringis membayangkan betapa sakit dan malunya Nora jatuh ditempat umum seperti itu.
Meski penasaran, para prajurit yang bertugas berjaga dibeberapa titik koridor lantas kembali memalingkan wajah ketika melihat Pangeran Charlie melangkah mendekati perempuan malang itu. Mereka sebisa mungkin menjaga privasi sang pangeran.
"Sudah ku katakan jangan kabur," ucap Pangeran Charlie menatap Nora penuh kemenangan.
Nora lagi-lagi memaki didalam hati. Dia dengan susah payah mencoba untuk kembali berdiri. Ditahannya rasa sakit yang mulai menjalar kearea pinggang saat ia kembali mencoba untuk melarikan diri.
Tapi usaha itu jelas percuma. Pangeran Charlie yang tidak ingin kembali kehilangan buruannya lantas segera berlari, menerkam tubuh mungil Nora layaknya seekor harimau.
Mata Nora terbelalak ketika tubuh besar Charlie menimpanya. Tangan pria itu membelit kuat pinggang Nora ketika tubuh mereka berguling kearah rerumputan tebal.
"Astaga tulangku..." Nora merintih sakit. Kini bukan hanya pantat, tetapi seluruh anggota tubuhnya terasa seperti baru saja ditindih gajah. Ia bahkan tidak sanggup untuk sekedar bergeser ataupun menyingkirkan Charlie yag masih menindihnya.
Charlie tampak diam mengamati raut wajah Nora. Matanya memindai perempuan dibawahnya dengan seksama. Bulu mata lentik milik Nora menarik perhatiannya. Hidung mungil perempuan itu terlihat memerah diujungnya. Mungkin karena saat ini Nora sedang setengah mati mencoba untuk tidak menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
ROYAL CHEATING
RomanceNora terjebak. Desa tempatnya bermalam diserang oleh sekelompok prajurit dari kerajaan seberang. Alih-alih berlari menyelamatkan diri putri kerajaan Sandor ini justru berpura-pura menjadi wanita tunanetra dan dengan pasrah bergabung bersama tawanan...