BAB 43 [SELESAI]

7.5K 682 132
                                    

Nora menatap lurus pintu yang baru saja ditutup dari luar. Bekas kehadiran sang ayah masih terasa jelas meski pria paruh baya itu telah pergi meninggalkan Nora seorang diri.

Lukas memang tidak mengatakannya dengan jelas, tapi Nora menyadari bahwa pria itu perlahan mulai melunak dan memberi ruang untuk Eros. Sifat keras kepala Eros yang tak berhenti datang meminta izin pada akhirnya berhasil meluluhkan Lukas.

Meski begitu sampai mati Lukas tidak akan mengatakannya. Dia hanya memberi isyarat pada Nora bahwa ia akan mendukung keputusan apapun yang Nora pilih.

Di depan balkon lantai dua itu Nora menatap hamparan bintang-bintang yang menghiasi langit malam. Ada keberanian yang menyusup kedalam dirinya. Keyakinan yang membuatnya memejamkan mata dan melafal sebuah mantra. Bersama hembus angin malam, Nora menghilang meninggalkan dua cangkir teh yang masih mengepulkan asap tipis.

Langit Saba masih diberati oleh mendung dari sisa hujan tadi sore saat Nora menginjakan kakinya dipelataran istana. Sebelumnya Nora telah sangat yakin dengan apa yang akan ia lakukan. Namun semuanya lenyap bersamaan dengan dirinya yang berdiri termangu dipersimpangan koridor.

Nora menarik nafas dalam-dalam seraya mengusir semua keraguan. Dia tidak bisa menundanya lagi. Oleh karena itu, Nora memantapkan hati untuk melanjutkan langkah yang tertunda.

Gerakan tangan Nora yang akan mendorong pintu didepannya berhenti ketika ia mendengar isak tangis. Tidak salah lagi, Felicia memang sedang menangis didalam kamarnya.

Sepertinya Nora datang diwaktu yang tidak tepat. Dia akan kembali lagi dan berbicara dengan Felicia setelah wanita itu bisa menenangkan diri.

Niat Nora untuk pergi urung saat pintu didepannya terbuka. Ditempatnya berdiri dia melihat mata sembab Felicia. Wanita itu menyambut kedatangan Nora dengan senyum senduh yang membuat Nora tertegun. Ada apa ini? kenapa sosok Felicia yang berdiri didepannya sangat berbeda dengan wanita yang beberapa bulan lalu ia temui.

"Masuklah. Aku tahu kita perlu bicara."

Nora mengikutinya. Tetap diam saat Felicia sibuk menyiapkan teh untuk dirinya dan Nora. Wanita itu mengangkat cangkirnya dan meneguk teh hangat didalam sana. Usai minum, sepasang mata Felicia tampak menerawang ke langit-langit kamar.

Nora memutuskan untuk berdiri. Melihat keadaan Felicia, kecil kemungkinan Nora bisa mengajaknya berbicara.

"Aku memahami alasanmu menemuiku," ujar Felicia tiba-tiba. Kini kedua tangannya melingkupi cangkirnya, mencoba mencari kehangatan yang tersisa.

"Apa kau membenciku?" Felicia menatap Nora, "Aku tahu kau pasti sangat membeniku," lanjutnya terdengar sangat sedih.

Nora tidak menjawab. Tidak perlu menjawab karena Felicia tahu arti dari diamnya itu.

"Setelah apa yang aku lakukan padamu, aku berterimakasih karena kau masih mau menjenguk ku."

Felicia salah paham. Kedatangan Nora bukan untuk menjenguk Felicia. Dia bahkan tidak tahu jika saat ini Felicia sedang sakit. Nora datang ke Saba untuk memberi pemahaman pada Felicia untuk berhenti mengganggu Eros karena Nora telah memutuskan untuk kembali menerima Eros.

"Apa yang aku minta dari Eros memang sangat besar. Tapi sebagai seorang wanita, terlebih putri dari sebuah kerajaan, aku yakin kau bisa mengerti posisiku."

Nora mengeryitkan dahi. Tidak mengerti arah pembicaraan yang Felicia tuju. Belum sempat Nora memberi respon, Felicia lebih dulu terisak. Pada awalnya pelan, namun segera menjadi ratapan pilu yang membuat Nora terpana. Bingung harus berbuat apa.

"Tolong, Nora... aku mohon tolong relakan Eros... hanya dia yang bisa membantuku untuk bertahan hidup. Keluargaku... keluargaku sudah tidak mengakuiku lagi. Tanpa Eros aku tidak bisa terus tinggal diistana ini jadi tolonglah relakan Eros untukku... demi kelangsungan hidup bayi yang ada didalam kandunganku ini... aku mohon dengan sangat tolong relakan Eros kembali padaku, Nora..."

ROYAL CHEATINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang