Telapak tangannya berlumur darah. Bukan milik orang lain, melainkan darah yang keluar deras dari lubang didadanya sendiri. Rasa sakit itu menjalar cepat keseluruh tubuh. Membuat pandangan mata Nora mengabur hingga yang ia lihat hanyalah siluet seseorang yang merengsak memeluk erat tubuhnya.
"Nora!"
Orang itu berteriak, memanggilnya dengan suara bergetar ketakutan. Nora ingin menjawab panggilan itu. Ia ingin mengatakan bahwa semua akan baik-baik saja. Namun ketika Nora mencoba membuka mulut, tidak ada satupun suara yang keluar dari sana. Tenggorokan Nora terlalu sakit dan ia mulai kehilangan energi.
"Jangan pergi..." orang itu memohon dengan suara pedih. Nora mencoba untuk memicingkan mata lalu dia melihat wajah Eros yang bersimbah air mata. Sudut bibir Nora tertarik membentuk senyum.
"Jangan menang—ukh, menangis." Nora mengulurkan tangannya, menyentuh pipi Eros yang basah. Memang apa yang pria itu harus tangisi? Bahkan jika Nora tidak mati, Eros akan tetap pergi. Mereka tetap akan berpisah meski dengan cara yang berbeda.
Tubuh Nora menegang. Sesuatu yang panas menjalari leher dan bahu. Tato api suci yang semula disembunyikan menggunakan sihir kini perlahan mulai muncul menghiasi kulit putih Nora yang ternodai darah.
Eros melihatnya. Melihat bagaimana garis hitam itu menjalar mengukir bentuk api yang mempesona. Diantara darah dan keringat, tato api suci itu bersinar terang. Menggetarkan Eros yang kini diterjang fakta yang mengerikan.
"NORA!"
Eros menoleh. Melihat seorang pria menatap cemas kearah Nora. Dengan langkah lebar, pria itu berlari kearah Eros yang sedang memeluk tubuh Nora. Semakin dekat jarak mereka, maka semakin jelas pula Eros melihat tato dengan ukiran yang sama dileher pria asing itu.
Eros membeku. Rasa asing didalam dada membuatnya diam ketika Nora diambil dari peluknya.
"Tunggu!" Tangan Eros terulur. Meminta pria asing itu berhenti melangkah. "Jangan bawa dia."
Azriel menatap Eros dengan tatapan yang sulit diartikan. "Seharusnya Anda bisa menjaganya lebih baik dari ini," ucapnya datar.
"Aku akan merawatnya. Tolong berikan dia padaku." Dengan susah payah Eros berdiri. Sakit ditubuhnya membuat pria itu meringis.
Azriel tidak langsung menjawab. Pria itu terlebih dulu menunduk untuk memandang wajah Nora. Cahaya pada tato api suci perlahan mulai menghilang seiring dengan menutupnya luka tusuk didada Nora.
"Maaf." Azriel mengeratkan peluknya. Menghalangi Eros agar tidak bisa menatap wajah Nora. Menatap sosok bermata merah yang kembali mengasai tubuh perempuan ini.
"Kali ini giliran saya untuk menjaganya." Dan setelah itu Azriel menghilang meninggalkan Eros yang terus berteriak memintanya untuk mengembalikan Nora.
"Jangan bawa dia...kumohon kembalikan dia padaku." Eros merintih. Dorongan sesak didada membuat tubuhnya jatuh bersimpuh dilantai.
"Uh!" Eros memukul dadanya. Mencoba menghilangkan sesak didalam sana. Lalu ia diterjang potongan-potongan ingatan yang selama ini ia lupakan.
"Apa ini?" Eros bertanya tidak mengerti saat anak perempuan itu mengulurkan sapu tangan kearahnya. Hari ini akhirnya mereka bisa keluar dari dalam penjara pengap itu dan meski terkurung selama berhari-hari, Eros terus melihat senyum polos dari anak perempuan didepannya.
"Ini untuk Kakak. Tanda terimakasih dariku karena Kakak sudah membantuku." Eros melihat anak itu tersenyum malu-malu.
"Tidak perlu. Aku melakukannya memang karena ingin memastikanmu baik-baik saja." Eros sendiri terkejut dengan apa yang baru saja ia katakan. Dia tidak pernah bersikap baik pada saudaranya. Mereka bahkan tidak akrab, tapi dengan anak perempuan ini Eros justru ingin menyayangi.
KAMU SEDANG MEMBACA
ROYAL CHEATING
RomanceNora terjebak. Desa tempatnya bermalam diserang oleh sekelompok prajurit dari kerajaan seberang. Alih-alih berlari menyelamatkan diri putri kerajaan Sandor ini justru berpura-pura menjadi wanita tunanetra dan dengan pasrah bergabung bersama tawanan...