BAB 26 [Kamar Yang Gelap]

9.7K 1K 160
                                    

Diluar sana hujan turun sangat deras disertai angin yang menggoyangkan sebuah pohon didepan jendela kamar yang Nora tempati. Dari dalam kamar itu Nora berbaring sembari memperhatikan jendela yang beberapa kali terkena ranting pohon.

Api obor yang seharusnya menjadi sumber penerangan didalam kamar telah padam beberapa menit yang lalu dan Nora terlalu malas untuk beranjak dari atas ranjang sehingga kamar itu gelap gulita.

Nora menarik selimut tipis yang disediakan oleh penginapan untuk menutupi tubuhnya ketika hujan diluar semakin deras. Langit yang gelap itu kini dipenuhi kilat cahaya dari petir yang menyambar. Saling menyahut dan bertabrakan layaknya dua naga yang sedang mengamuk.

Suara deburan ombak dari pantai yang berada persis didepan penginapan menambah suasana mencekam malam ini.

Apa hujan memang selalu semengerikan itu?

Nora menoleh ketika seseorang membuka pintu kamar. Dengan bantuan cahaya dari petir yang menyambar ia bisa melihat Eros melangkah memasuki kamar. Pria itu berjalan mendekati tempat obor diletakan lalu dengan sihirnya ia menghidupkan kembali api yang telah padam.

"Apa yang sedang kau lakukan?" tanya Eros. Ia mengambil tempat disamping Nora. Membuat perempuan itu harus merapat ketembok agar ranjang sempit itu bisa menampung tubuh mereka.

"Jangan rebut selimutku!" Nora menarik selimutnya. Mempertahankan benda itu agar tidak berpindah tangan. Dia sedang tidak ingin berbagi.

"Tidak perlu khawatir. Aku tidak akan merebutnya," ucap Eros yang berbaring santai disamping Nora. Pria itu menggunakan sebelah tangannya sebagai bantal.

Nora menghela nafas, "Harusnya kita meminta tambahan selimut."

"Kau masih belum terbiasa dengan suhu udara di Saba?"

"Bukan begitu. Aku hanya tidak suka dingin."

"Kalau kau mau, aku bisa memperbesar api obornya."

"Sekalian saja kau bakar kamar ini biar panas."

Eros terkekeh. Bahu lebarnya sampai menyenggol Nora hingga membuat perempuan itu menoleh dan menyadari betapa dekatnya jarak mereka saat ini. Nora bahkan bisa mendengar suara tarikan nafas Eros ketika pria itu berusaha meredakan tawanya.

Sejak kapan mereka sedekat ini hingga pria itu tanpa canggung berbaring diatas ranjang yang sama dengannya?

Nora tiba-tiba saja meringis. Jika diingat lagi, sepertinya memang ada yang salah dengan urutan pendekatan yang ia lakukan. Alih-alih berbalas perasaan, mereka justru beradu desahan.

Sejujurnya, sejak pembicaraannya dengan Eliot beberapa waktu yang lalu, Nora terus memikirkan ini. Eliot benar, Nora tidak bisa selamanya tinggal di Saba. Bagaimanapun ia sedang berada didalam sebuah misi yang memiliki tenggat waktu. Jika ia benar-benar ingin bersama dengan Eros, Nora harus memulainya dengan cara yang benar. Ia tidak bisa terus menyebunyikan identitas aslinya dan bersembunyi dibalik sosok korban penculikan.

Tapi kapan sekiranya waktu yang tepat untuk menceritakan semuanya kepada Eros?

Apa pria itu akan membencinya karena telah berbohong berkali-kali?

Apa sikap pria ini akan berubah setelah ia tahu bahwa Nora adalah putri dari salah satu kerajaan besar dibenua?

"Kau belum menjawab pertanyaanku."

Nora mengerjap. Tidak sadar jika ia telah menghabiskan waktu cukup lama untuk melamun.

"Memang apa yang kau tanyakan?"

"Ku bilang apa yang sedang kau lakukan?"

"Yang kulakukan?" Nora tampak berpikir, "Berbaring. Memang apa lagi yang ku lakukan?" ucapnya diakhiri dengan sebuah tanya.

ROYAL CHEATINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang