"Kak Karaaann!!" Nora melompat dan berlari kearah pria itu. Memeluknya dengan erat hingga membuat Karan sampai terdorong kebelakang. Pria dengan tubuh beraroma tanaman herbal itu melirik Laila dengan canggung, mencoba mencari pertolongan dari sang istri.
Laila yang ditatap diam-diam menggeleng dan mengisyaratkan Karan untuk diam. Pada awalnya Karan tidak mengerti, tapi ketika matanya menangkap keberadaan Eros yang berdiri dibelakang Laila, pria itu lantas terbelalak lebar.
"Pa-pangeran Eros?!" Karan berucap tak percaya. Ia sampai menggosok matanya sendiri untuk meyakinkan diri bahwa pria muda yang berdiri didepan sana adalah sang putra mahkota yang agung.
"Ya Dewa... Maafkan atas kelancangan hamba Yang Mulia." Karan membungkuk hormat. Dia bahkan mengabaikan Nora yang merengut sebal karena dipaksa untuk melepaskan pelukan.
Kenapa orang-orang di Saba sangat tidak sopan padanya? hanya karena Eros adalah putra mahkota dikerajaan ini, lantas Nora sebagai putri dari kerajaan seberang, langsung diabaikan begitu saja keberadaannya.
"Pangeran, kenalkan dia Kak Karan, suami Kakak ku. Dia memang senang sekali memanggilku dengan sebutan putri," Nora memukul lengan Karan malu-malu, "Sudahku bilang berhenti memanggilku seperti itu! Kau membuat orang lain jadi bingung."
"Ah iya... maaf," ucap Karan yang masih tampak kebingungan. Sebenarmya apa yang sedang dilakukan oleh istri dan Nona kesayangan istrinya ini. Bagaimana bisa mereka mempermainkan sang putra mahkota yang sangat disayangi oleh seluruh rakyat Saba. Mereka benar-benar mencari masalah.
Meski tampak seperti seorang yang pendiam, pangeran Eros dikenal sebagai seseorang yang berhati dingin. Dia tidak ragu untuk memberikan hukuman kepada siapapun yang terbukti melakukan penghianatan. Dia bahkan mengirim kakak kandungnya sendiri ke pengasingan karena kabar pemberontakan yang merebak beberapa tahun lalu.
"Apa yang Putri lakukan disini?" tanya Karan ketika Eros berpamitan untuk keluar sebentar. Sepertinya pria itu mendapatkan pesan dari kerajaan.
Nora meringis tidak enak hati. Dia merasa bersalah karena sudah menempatkan Laila dan Karan dalam situasi canggung selama menerima kedatangan Eros.
"Aku sedang dalam tugas, Kak. Pangeran Eros bahkan tidak tahu identitasku yang sebenarnya," jawab Nora hati-hati. Dia tidak ingin Eros sampai mencuri dengar percakapan berbahaya ini.
"Anda harus berhati-hati. Saya tidak ingin ada konflik antara Saba dan Sandor. Perang hanya membuat rakyat kecil seperti kami menderita dan tentu saja akan menambah pekerjaanku juga."
Nora mengangguk. Tidak akan ia biarkan hal mengerikan seperti itu terjadi. Terlebih lagi penyebabnya adalah Nora sendiri. Yang kini sedang ia perjuangkan justru adalah kedamaian bagi semua orang.
"Nora, kita harus pergi."
Eros berdiri didepan pintu menunggu Nora berpamitan pada kedua kakaknya. Melihat interaksi gadis itu dengan Laila dan Karan membuat Eros percaya bahwa keduanya merupakan keluarga yang lama tak berjumpa. Dari sini Eros dapat memastikan jika yang Charlie ceritakan padanya bukanlah sebuah kebohongan.
"Terimakasih sudah mengijinkanku berkunjung kemari," ucap Eros yang membuat Laila dan Karan tersenyum malu. Hari ini adalah hari paling bersejarah yang suatu saat nanti akan mereka ceritakan pada anak cucu mereka. Sebuah kehormatan rumah sederhana ini disambangi oleh calon raja negeri Saba.
"Semoga perjalanan Anda menyenangkan, Pangeran."
Eros mengangguk sebelum akhirnya menyentak tali kekang hingga kuda hitamnya berjalan menjauhi pekarangan rumah. Nora yang duduk didepan Eros tetap melambaikan tangan kearah Laila sampai akhirnya rumah itu benar-benar tak terlihat.
KAMU SEDANG MEMBACA
ROYAL CHEATING
Roman d'amourNora terjebak. Desa tempatnya bermalam diserang oleh sekelompok prajurit dari kerajaan seberang. Alih-alih berlari menyelamatkan diri putri kerajaan Sandor ini justru berpura-pura menjadi wanita tunanetra dan dengan pasrah bergabung bersama tawanan...