Vote dulu sebelum baca
.
.
.Canggung sekali, Nora bergumam didalam hati. Melirik pria yang sejak tadi tak bersuara. Lebih tepatnya tidak berbicara padanya. Zayn masih menyahuti pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan para prajurit selama perjalanan yang melelahkan ini.
Entah memang dasar pria itu pendiam, atau karena dia malas saja berkomunikasi dengan Nora, yang jelas Nora begitu lega saat gerbang istana Saba terlihat oleh mata. Sebentar lagi dia akan terbebas dari suasana canggung ini.
Nora ingin mandi dan berbaring seharian sebagai ganti setelah berhari-hari melakukan perjalanan yang melelahkan. Sayangnya, harapan itu sirna saat Tabib Daaris terpogoh-pogoh menghampiri. Pria tua berjanggut putih itu menatap Nora dengan mata berbinar.
"Nona, kita sudah menyelesaikan penawar racunnya!" seru Tabib Daaris.
Nora yang mendengarnya senang luar biasa. Maka tanpa bertanya lagi, mereka bergegas menuju balai kesehatan. Tak disangka saat ia menginjakan kaki disana, sudah ada beberapa orang yang berkumpul. Mereka menoleh ketika menyadari kehadiran Nora. Salah satu diantaranya bahkan langsung melangkah menghampirinya.
"Sini biar ku periksa terlebih dahulu, barangkali ada yang kurang." Eliot memegang bahu Nora lalu mulai memindai tubuh gadis itu dari ujung kepala hingga kaki. Ia lantas mengangguk puas ketika tidak menemukan kekurangan apapun. Padahal Eliot sudah berharap menemukan sedikit saja luka lecet agar dia punya alasan untuk memukul wajah Pangeran Eros.
Nora menampik tangan Eliot. Matanya melotot mengirim peringatan kepada pria itu. Sialan, apa Eliot tidak bisa membaca situasi? Ada seseorang yang sejak tadi mengawasi mereka dari belakang!
"Itu pengawal pribadi Pangeranmu kan?" Eliot berbisik. Sepertinya sekarang dia sadar jika pria dibelakang Nora sejak tadi menatapnya dengan curiga.
Nora mendorong Eliot agar menjauh, "Iya. Dan dia sudah tahu identitasku."
"Benarkah? Apa itu artinya Pangeran Eros juga tahu kalau saat ini kau sudah jadi milik orang lain—hmmppp!"
"Jangan bicara sembarangan! Zayn bahkan belum bertemu dengan Eros, jadi mustahil dia tahu." Nora melepas bekapan pada mulut Eliot. Apa yang diucapkan sepupunya itu mau tak mau membuat Nora jadi berpikir. Apa yang akan Eros lakukan jika tahu fakta itu?
"Bukankah itu berita baik? Jika pria itu tahu, dia akan lebih cepat memberimu kepastian."
Asal Eliot tahu saja, Eros bahkan sudah melamarnya! Tapi Nora memutuskan untuk tidak bercerita. Mulut Eliot itu sudah seperti petasan. Sedetik setelah Nora mengatakannya, berita itu pasti sudah sampai ditelinga orang tuanya. Nora tidak sanggup membayangkan bagaimana reaksi sang ayah saat mendengarnya.
Sejujurnya inilah yang menjadi alasan, mengapa sampai saat ini Nora enggan membicarakan identitas aslinya kepada Eros. Dia belum siap menerima reaksi dari semua orang. Bagaimanapun juga, saat ini Nora adalah tunangan dari Pangeran Azriel. Sebuah ikatan yang tidak sembarangan bisa dilepaskan.
"Jika seandainya aku benar-benar berhubungan dengan Pangeran Eros, apa kau mau membantuku menghadapi ayahku?" Nora bertanya penuh harap. Dia sudah merasa diatas angin saat Eliot mengelus kepalanya dengan lembut.
"Oh Nora, tentu saja aku tidak akan membantu." Eliot terkekeh mendapat pukulan keras dilengannya. Pria itu lantas mendorong punggung Nora agar gadis itu melangkah memasuki pendopo yang siang ini dipenuhi oleh para perempuan korban penculikan.
Nora langsung mendekati seorang anak yang duduk dibarisan paling belakang. Anak itu menoleh saat merasa seseorang menggenggam tangannya.
"Kak Nora?" tanyanya ragu. Berry langsung tersenyum cerah saat Nora menjawabnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ROYAL CHEATING
RomanceNora terjebak. Desa tempatnya bermalam diserang oleh sekelompok prajurit dari kerajaan seberang. Alih-alih berlari menyelamatkan diri putri kerajaan Sandor ini justru berpura-pura menjadi wanita tunanetra dan dengan pasrah bergabung bersama tawanan...