Nora melirik Eros yang duduk santai dilantai. Punggung pria itu bersandar pada sofa yang tengah Nora duduki. Lalu Nora beralih melirik bocah perempuan yang sejak tadi menatap Eros dengan mata berbinar-binar. Mengamati setiap pergerakan Eros seolah pria besar itu adalah benda ajaib.
"Paman bacakan buku yang ini!"
Eros menerima buku tersebut dengan senang hati. Dia membuka halaman pertama dan terkejut melihat gambar-gambar asing yang memenuhi setiap halaman di buku tersebut.
"Apa boleh aku membacakannya buku ini?" Eros mendongak dan menatap Nora yang ternyata sedang melihat kearahnya.
Perempuan itu tampak mengerjap kaget. Mungkin tidak menyangka Eros akan menangkap basah dirinya yang sejak tadi diam-diam memperhatikan pria itu. Nora berdeham. Menggeser sedikit duduknya agar bisa melihat isi buku yang dipegang Eros. Dia lalu mengangguk.
"Ya, kau bisa melakukannya."
"Kau yakin? Dia masih sangat kecil," tanya Eros memastikan.
"Tapi itu memang buku kesukaannya. Bacakan saja."
Eros mengalihkan tatapannya kepada anak perempuan cantik yang sudah menunggu dengan antusias. Bocah bernama Alura itu langsung duduk merapat kearahnya saat Eros mulai membacakan atau lebih tepatnya menjelaskan setiap gambar dari buku praktik seni berpedang.
"Bagian ini adalah yang terpenting. Saat menyerang kita harus mengandalkan semua kelebihan yang kita miliki. Karena perempuan cenderung bertubuh kecil jadi kamu bisa memanfaatkan kecepatanmu."
Alura mengangguk-anggukan kepala. Entah apakah anak ini benar-benar mengerti apa yang Eros jelaskan atau hanya sekedar mengikuti gerakan yang biasa dia lihat setiap kali menemani kakeknya melatih prajurit istana. Meski begitu Eros tetap dengan teliti memberi penjelasan dengan kalimat paling sederhana.
Pelajaran itu terjeda ketika Alura secara tiba-tiba berdiri. Anak itu dengan buru-buru berlari menuju salah satu lemari. Eros hanya memperhatikannya dalam diam. Detik berikutnya dia dibuat kagum saat Alura mengeluarkan pedang kayu berukuran kecil dari dalam lemari. Anak perempuan mana lagi yang memiliki benda seperti itu diantara mainan boneka.
"Alura, bukankah ibumu melarangmu menggunakan benda itu?"
"Ibu bilang boleh asalkan diawasi orang dewasa. Kan disini ada Bibi dan juga Paman."
Eros tidak tahu mengapa dirinya menganggukan kepala. Yang jelas dia merasakan keantusiasan saat Alura mulai mempraktikan gerakan yang baru saja dia ajarkan.
"Kuatkan lagi pegangan mu, nak."
"Begini Paman?"
"Ya, bagus!" ujar Eros dengan bangga.
Putri Duke Azriel sepertinya memiliki bakat alami menjadi seorang ksatria. Meski terdapat kekurangan namun secara keseluruhan anak itu bisa melakukannya dengan baik.
Nora yang merasa sedang diperhatikan langsung mengalihkan pandangan dan menemukan Eros yang menatapnya dengan aneh.
"Ada apa?"
Eros menunjuk Alura, "Bisakah kita buat yang seperti ini?"
Nora sampai kehilangan kemampuannya dalam berbicara. Dia beberapa kali membuka mulut namun tak satupun kalimat keluar dari sana. Nafasnya jadi sesak saat Alura yang sejak tadi sibuk dengan pedang kayunya tiba-tiba ikut menimpali.
"Paman bisa membuat bayi?" Alura melangkah mendekati Eros. Itu gerakan yang terlihat sangat natural saat Eros meraih tubuh kecilnya dan membiarkan Alura duduk disalah satu pahanya.
"Harus dengan Bibimu."
Alura mendongak untuk menatap Bibinya.
"Aku mau yang laki-laki," ucap anak itu membuat Nora tak kuasa menahan tangannya agar tidak mencubit lengan Eros. Pria itu tertawa saja menerimanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ROYAL CHEATING
RomanceNora terjebak. Desa tempatnya bermalam diserang oleh sekelompok prajurit dari kerajaan seberang. Alih-alih berlari menyelamatkan diri putri kerajaan Sandor ini justru berpura-pura menjadi wanita tunanetra dan dengan pasrah bergabung bersama tawanan...