Pagi ini Nora melihat pemandangan yang tidak biasa. Ia terjaga karena mendengar keributan yang entah dari mana, dan ternyata suara berisik itu berasal dari luar penginapan.
"Apa yang sedang mereka lakukan, Paman?" Nora bertanya. Menatap bingung pria-pria berbadan besar berkerumun melingkari sesuatu.
Niel mengedikan dagunya, "Raja Eros dan Penyihir Gerald sedang beradu panco."
Detik berikutnya terdengar sorakan gembira dari depan sana. Tampaknya Eros baru saja memenangkan pertandingan dan dengan bangga kini melangkah mendekati Nora.
Eros tersenyum, ia baru menyadari bahwa wanitanya saat ini sedang bersedekap tangan sembari memperhatikannya dari kejauhan. Mata kucing itu membuat Eros mempercepat langkahnya.
"Selamat pagi."
"Aku tidak tahu kau punya hobi seperti itu."
Eros mengusap belakang lehernya sembari tersenyum canggung. Tiba-tiba merasa malu untuk menceritakan kronologi yang membuatnya dan Penyihir Gerald berakhir dimeja panco.
"Bagaimanapun juga kita harus segera menyelesaikan perjalanan ini."
"Ah, soal itu mari kita bicarakan didalam."
Nora dan Eros dengan kompak mengangguk. Mereka juga memanggil Penyihir Gerald yang masih sibuk bercengkrama dengan pria-pira besar disana.
Ruangan itu tampak sangat sederhana dengan meja kayu dan empat kursi reot didalamnya. Nora tidak berhenti meringis prihatin melihatnya.
"Aku yakin kalian pasti merasakan aura mencurigakan dari hutan diseberang sana."
Penyihir Gerald mengangguk, "Orang-orang didepan mengatakan kalau hutan itu sudah lama tidak dimasuki oleh manusia. Yah, sejujurnya tempat ini juga tidak pernah lagi dikunjungi orang luar. Mereka yang berada disini mayoritas adalah orang-orang terbuang."
Nora dan Eros saling berpandangan. Sebagai pewaris dari masing-masing kerajaan, sedikit banyak mereka bisa memahami apa yang sedang ada didalam pikiran satu sama lain.
"Letak desa ini persis diperbatasan Kerajaan Sandor dan Saba. Bisa dibilang desa yang rawan konflik mengingat sebagian tanahnya adalah milik kerajaan lain. Jadi, ya, kami memang cenderung mengabaikannya."
"Itu pasti alasan mereka menjadikan hutan desa ini sebagai tempat persembunyian. Aku sekarang mengerti mengapa Pangeran Eliot meminta Anda ikut kedalam misi ini." Niel tersenyum tipis. Karena mereka tidak perlu lagi berurusan dengan masalah diplomasi seandainya keadaan memaksa mereka untuk benar-benar merusak tempat ini.
"Kau tidak perlu khawatir. Untuk saat ini, nasib masa depanku sedang ada ditangan Raja Lukas." Eros melirik Nora ketika ia tertawa menjawab candaan penuh godaan dari ksatria Niel.
"Apa Anda tahu jika beberapa waktu lalu pernah ada pembicaraan mengenai perjodohan antara Putri dan Penyihir Gerald?"
Tawa Eros menghilang. Wajahnya menjadi tidak enak dilihat ketika ia menatap sinis pria yang duduk diseberangnya. Sedangkan Nora langsung menyentuh dahi. Inilah yang ia takutkan dari mulut Paman Niel.
"Aku baru mendengarnya. Sepertinya pembicaraan itu berakhir tidak baik sehingga tidak banyak orang yang tahu." Eros menyilangkan tangannya didada. Menatap angkuh kearah Penyihir Gerald.
"Aku dan Putri memutuskan untuk lebih dulu saling mengenal satu sama lain—"
Eros mendengus keras. Sengaja sekali meremehkan apapun yang diucapkan oleh Gerald. Lima tahun dia mati-matian menghalangi pangeran dari kerajaan lain yang ingin meminang Nora, justru orang yang patut diwaspadai berada tepat didalam istana. Sialan!
KAMU SEDANG MEMBACA
ROYAL CHEATING
RomanceNora terjebak. Desa tempatnya bermalam diserang oleh sekelompok prajurit dari kerajaan seberang. Alih-alih berlari menyelamatkan diri putri kerajaan Sandor ini justru berpura-pura menjadi wanita tunanetra dan dengan pasrah bergabung bersama tawanan...