Happy New Year 🥳
.
.
.Angin berhembus, menggoyangkan ranting-ranting pohon yang tumbuh subur ditaman istana. Beberapa daun jatuh berguguran terbawa oleh angin. Meliuk diatas udara dan akhirnya jatuh kepermukaan air sungai yang tenang.
Seekor ikan emas melompat rendah dari dalam permukaan air. Cipratan airnya mengenai gaun seorang perempuan yang tengah duduk santai. Nora tersenyum sembari meraup segenggam makanan ikan dan melemparkannya ke sungai.
Melihat segerombolan ikan berdesakan merebutkan makanan membuat Nora terhibur. Menghilangkan segala penat setelah seharian berkutat dengan urusan kerajaan.
Nora menyandarkan punggung dibatang pohon yang menaunginya dari terik sinar matahari. Ia memejamkan mata, menikmati semilir angin yang berhembus menerpa wajah ketika mendengar langkah kaki kecil berlarian mendekat kearahnya.
Nora membuka mata dan tersenyum melihat seorang anak perempuan dengan gaun indah dan tiara kecil dikepalanya melompat keatas pangkuannya. Anak cantik itu tertawa saat Nora menggelitiki perutnya.
"Alura!"
Nora menoleh kearah pria yang baru saja menyerukan nama anak kecil dipangkuannya. Pria itu terlihat menghela nafas saat ia melangkah mendekati Nora.
"Lagi-lagi dia kabur dari kelas." Dia menggerutu sembari menjawil ujung hidung anak perempuan bernama Alura itu.
"Ayah, jangan!"
"Nenek akan memarahimu kalau kau terus-terusan kabur seperti ini."
Wajah mungil Alura cemberut. Anak perempuan Azriel itu akhirnya melompat dan berlari menjauhi Nora dan Azriel yang hanya bisa tersenyum melihatnya dengan gemas.
Alura mungkin akan mencari sang nenek dan mengadu agar tidak perlu mengikuti kelas tata krama yang diadakan dua kali seminggu. Anak perempuan yang tahun ini genap berumur 4 tahun itu lebih suka menghabiskan harinya dengan bermain dan mengikuti aktivitas para kakeknya.
"Sudah lima tahun ya. Tak terasa waktu berlalu dengan sangat cepat." Azriel ikut menyandarkan punggungnya dipohon. Dia menoleh untuk menatap siluet wajah Nora dari samping.
Dalam waktu lima tahun itu banyak sekali hal yang terjadi. Meski sambil tertatih-tatih pada akhirnya semua orang bisa melewati masa-masa sulit. Terutama perempuan disampingnya ini.
"Apa sekarang kau bahagia?" suara Azriel menarik Nora dari lamunan. Ia tersenyum saat pandangan mata mereka bertemu.
"Tak pernah sebahagia ini," jawabnya tulus.
"Syukurlah, aku lega mendengarnya."
Nora mendengus geli. "Berhentilah mengkhawatirkan hal yang tidak penting!"
Azriel tersenyum saja mendengarnya. Mencoba mempercayai apa yang Nora katakan.
"Bagaimana kalau—"
"Ah, Kak, istrimu sudah menunggumu!" seru Nora memotong apapun yang ingin Azriel ucapkan.
Azriel menghela nafas lalu beranjak dari duduknya. Dia sadar Nora sedang berusaha mengalihkan pembicaraan. Perempuan itu selalu menghindari topik yang berkaitan dengan kejadian lima tahun yang lalu.
"Sampai jumpa saat makan malam," ucap Azriel sebelum berbalik dan melangkah kearah Azura yang sudah menunggunya diseberang sana.
Nora benar-benar pecundang. Bahkan setelah lima tahun berlalu, dia tetap kesulitan membicarakan apapun yang berkaitan dengan Eros.
Nora belum siap.
Rasanya luka itu masih basah hingga Nora terkadang masih merasakan sakitnya. Meski berkali-kali Nora menyakinkan diri bahwa semua ini adalah pilihan terbaik, selalu ada masa saat ia menyesali segalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ROYAL CHEATING
RomansNora terjebak. Desa tempatnya bermalam diserang oleh sekelompok prajurit dari kerajaan seberang. Alih-alih berlari menyelamatkan diri putri kerajaan Sandor ini justru berpura-pura menjadi wanita tunanetra dan dengan pasrah bergabung bersama tawanan...