Pagi itu tidur Nora terusik oleh kedatangan Rea yang tanpa tedeng aling-aling langsung menyibak selimut yang semula membungkus tubuhnya. Tak kenal lelah, Rea juga menarik bantal yang Nora gunakan hingga membuat Nora merengek dan terbangun dari tidur lelapnya.
"Kau punya masalah apa Rea? Kupikir kita sudah menjadi teman, tapi ternyata kau tidak lebih baik dari kotoran ayam."
Satu tepukan keras mendarat sadis di lengan atas Nora. Tak tanggung-tanggung, Rea sepertinya mengeluarkan seluruh kekuatannya untuk membuat putri Sandor ini meringis.
"Bangun Nora!" ucapnya sembari bergegas melipat selimut yang sempat ia tarik.
Meski dengan malas-malasan, Nora akhirnya mau menarik diri dan duduk bersandar diatas ranjang. Ia lihat dengan seksama Rea yang bergerak gesit membuka lemari pakaian dan memilah gaun-gaun yang ada disana.
Perempuan itu kemudian terdengar berdecak kesal saat menyadari bahwa d lemari itu hanya diisi oleh gaun lusuh yang tak lebih baik dari pakaian yang sedang ia gunakan. Rea lupa jika dikerajaan ini, Nora bukanlah siapa-siapa yang mengharuskannya memiliki puluhan gaun berbahan sutra.
Pada akhirnya ia memilih sebuah gaun berpotongan sederhana yang terlihat paling layak diantara gaun-gaun lainnya. Rea membawa pakaian tersebut dan meletakannya diatas ranjang yang masih diduduki oleh Nora.
"Aku tidak tahu ini sebuah anugrah atau musibah, tapi dibalik pintu kamarmu sungguh telah berdiri empat pria tampan. Dua diantara mereka terlihat sangat ingin membunuh satu sama lain," ucapnya memberi kabar.
"Penggemarku?" tanya Nora.
"Penggemar apanya!" Rea menjawab kesal. Jari telunjuknya mengacung kearah pintu.
"Didepan sana ada Tuan Zayn, Pangeran Charlie, Pangeran Eros dan Pangeran...Eliot." Ada rona merah dikedua pipi Rea saat mengucapkan kata terakhir. Hal itu juga yang membuat kedua bola mata Nora melotot horor.
"Eliot?!" tanyanya panik. Untuk apa pria itu mendatangi kamarnya? Benar-benar sial! Nora yakin Eliot hanya ingin mencari masalah dengannya. Pria itu memang diciptakan untuk membuat hidup Nora menjadi susah.
Nora dengan terburu-buru turun dari ranjang. Kakinya sempat menendang selimut yang baru saja dilipat oleh Rea, membuatnya kembali tergeletak mengenaskan diatas lantai.
"Aku harus menyeret Eliot!"
Gerakan Nora yang akan membuka pintu tiba-tiba saja terhenti. Dia menunduk untuk melihat tubuhnya yang hanya dibalut gaun tidur tipis berwarna putih.
Tentu saja Nora tidak bisa keluar kamar dengan pakaian seperti ini. Eliot akan langsung menyeretnya pulang ke Sandor kemudian menambah-nambahkan cerita yang bisa membuat Nora dikurung seumur hidup didalam istana oleh sang ayah. Lagipula sampai detik ini Nora belum menceritakan semua aktifitas seksual yang telah ia lakukan dengan Eros.
Biarkan saja. Selagi kutukan perawan itu masih ada maka seorangpun tidak akan mengetahui kenakalannya, pikir Nora begitu.
"Katakan pada mereka kalau aku akan segera keluar," ucapnya sebelum berlari masuk kedalam kamar mandi. Dia harus cepat jika tidak ingin mulut besar Eliot membeberkan segalanya.
"Kamu mau aku mati?" tanya Rea yang memilih mendudukan diri dipinggir ranjang dibandingkan mengikuti permintaan Nora.
.
.
Layaknya patung kokoh yang berdiri tegak menghalangi pintu, baik Eros maupun Eliot tidak memiliki niat untuk bergeser barang sesenti saja dari tempat mereka berdiri. Keduanya kukuh mempertahankan posisi.
"Aku dengar kau akan membawa Nora pergi." Eliot membuka percakapan. Ini adalah alasan mengapa pagi-pagi buta dia sudah berdiri didepan kamar si cebol.
Eros melirik Eliot sebelum bergumam mengiyakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ROYAL CHEATING
RomanceNora terjebak. Desa tempatnya bermalam diserang oleh sekelompok prajurit dari kerajaan seberang. Alih-alih berlari menyelamatkan diri putri kerajaan Sandor ini justru berpura-pura menjadi wanita tunanetra dan dengan pasrah bergabung bersama tawanan...