"Psss... Rea!"
Rea yang mendengar seseorang memanggil namanya sontak menoleh. Menyipitkan mata agar bisa melihat lebih jelas sosok yang bersembunyi dibalik dinding diseberang sana.
"Nora? Apa yang kau lakukan?!" Gadis ini bertanya panik. Ia menoleh kanan kiri demi memastikan tidak ada seorangpun yang memperhatikan. Rea kemudian melangkah tergesa-gesa kearah Nora. Ditariknya gadis itu agar mengikuti langkahnya menjauhi dapur istana.
"Bukankah Pangeran Eros sudah melarangmu berkeliaran pagi-pagi buta? Dia akan marah besar kalau tahu kau lagi-lagi melanggar perintahnya."
"Justru itu... Pangeran Eros sudah lebih dulu marah padaku."
"Apalagi yang telah kau lakukan?"
"Aku tidak melakukan apapun. Dia hanya melihatku keluar dari kamar Eliot," ucap Nora sambil meringis.
Ya, dia tahu itu bukan berita baik. Eros berulang kali telah memberinya peringatan agar tidak melakukan sesuatu yang mencurigakan atau pria itu tidak segan menetapkan Nora sebagai penghianat kerajaan.
Tapi mau bagaimana lagi? tidak terpikirkan sebelumnya kalau pria itu akan memergokinya keluar dari kamar Eliot. Padahal Nora sudah memastikan dengan benar bahwa tidak ada seorangpun yang menyadari kehadirannya. Siapa sangka Karberos justru berhianat.
Berbicara tentang anjing besar itu, sampai detik ini Nora belum juga bertemu dengannya. Setelah membuat Nora hampir mati berdiri, Karberos memilih untuk mengikuti Eros menuju kediaman pria itu.
Ah, sekarang Nora sulit membedakan mana diantara mereka berdua yang benar-benar anjing.
"Ya Dewa, Nora! Berapa kali aku harus mengingatkanmu untuk berhati-hati!"
"Dewa sepertinya memang tidak pernah berpihak padaku," keluh Nora. Dia dengan lemas bersandar pada tembok. Dia biarkan pipi kanannya diselimuti dingin dari tembok yang kini menahan setengah dari bobot tubuhnya.
"Mungkin karena kamu terlalu sering membuat masalah, Dewa jadi malas berurusan denganmu."
Nora memutar bola mata mendengar Rea yang semakin bersemangat mengolok-olok.
"Kau sama sekali tidak membantu."
Rea tertawa lebar, "Aku memang tidak berniat untuk membantumu."
Nora berdecak dan Rea semakin senang dibuatnya. Ternyata membuat Nora kesal masihlah terasa sangat mengibur. Rea jadi menyesal karena beberapa waktu ini dia sempat melupakan kesenangan itu. Harusnya sejak awal dia buat saja putri satu ini semakin kesusahan di Saba.
Sayangnya kesenangan itu tidak bertahan lama. Rea mulai tidak tega melihat wajah lemas Nora. Maka dengan wajah ketus dia berucap, "Temui saja Pangeran Eros dan jelaskan semua padanya."
Nora bergerak memperbaiki posisinya berdiri.
"Sudah ku lakukan tadi malam, tapi Pangeran Eros justru semakin marah. Ah, aku tidak mengerti kenapa pria itu mudah sekali tersulut emosi." Wajah kaku Eros tadi malam kembali terbayang.
Nora bergidik ngeri saat mengingatnya. "Aku bahkan tidak percaya kalau pagi ini aku masih bisa bernafas."
"Seburuk itukah?" Rea bertanya serius. Wajahnya makin tegang ketika melihat Nora mengangguk.
"Memang penjelasan seperti apa yang kau berikan padanya?"
Nora mengusap ujung hidung mancungnya sembari mengingat kembali apa saja yang telah ia ucapkan pada Pangeran Eros.
"Tidak banyak. Aku hanya bilang kalau aku masih perawan."
"NORA!!" Rea berteriak kesal. Matanya melotot horror hingga membuat Nora tanpa sadar melangkah mundur. Nora tersentak kaget saat punggungnya menabrak dinding yang dingin.
KAMU SEDANG MEMBACA
ROYAL CHEATING
RomanceNora terjebak. Desa tempatnya bermalam diserang oleh sekelompok prajurit dari kerajaan seberang. Alih-alih berlari menyelamatkan diri putri kerajaan Sandor ini justru berpura-pura menjadi wanita tunanetra dan dengan pasrah bergabung bersama tawanan...