BAB 3 [MALAM BERSAMA PANGERAN]

18.2K 1.1K 102
                                    

"Sentuh aku Tampan."

.

.

Canggung adalah kata yang menggambarkan apa yang tengah dirasakan oleh perempuan itu. Dia melirik sepasang manusia didepannya bergantian.

"Maaf tapi saya belum pernah main bertiga," ucapnya malu-malu.

Nora yang mendengar itu sontak saja melotot tidak terima. Sejak melihat kehadiran wanita panggilan yang dipesan oleh Eros pikiran Nora memang sudah kemana-mana. Dia hanya tidak menyangka jika wanita didepan sana justru punya pikiran yang lebih gila.

Ibu, tolong selamatkan anakmu dari situasi aneh ini.

"Aku tidak memanggilmu untuk itu."

Dahi wanita panggilan itu mengeryit bingung. Disaat-saat seperti ini dia justru melirik kearah Nora yang langsung melotot galak. Maksudnya apa dia melirik Nora seperti itu?!

"Kau hanya perlu diam disini semalaman dan pastikan semua orang percaya bahwa kau baru saja tidur denganku."

Wanita itu akhirnya mengangguk mengerti. Hal seperti ini memang sering terjadi. Para petinggi kerajaan yang ingin menghabiskan waktu tanpa diawasi oleh para penjaga terbiasa membuat alibi seolah-olah mereka sedang tidur didalam kamar dengan seorang jalang.

Lagi-lagi wanita ini melirik Nora dengan tatapan ingin tahu. Sebenarnya siapa gerangan perempuan bermata galak itu?

"Ayo." Ajak Eros. Pria itu meraih tangan Nora dan menggenggamnya.

Nora masih sempat membalas tatapan wanita didepan sana saat Eros membaca mantra dan membawa mereka berdua menghilang dengan sihir yang pria itu miliki.

Setiap orang memiliki tempat rahasia didalam ruang dimensi yang mereka punya. Nora pernah dibawa oleh Lukas mengunjungi taman bunga didalam dimensi yang dibuat oleh sang ayah. Oleh karena itu ia tidak kaget ketika Eros membawanya kedalam sebuah kamar mewah dengan dinding tinggi terbuat dari kaca.

Sikap santai Nora itu tidak membuat Eros curiga. Tentu saja dalam pikirannya Nora tidak bisa melihat jadi wajar saja jika perempuan itu tidak terkejut dengan keindahan yang mengelilingi kamar ini.

Disatu sisi Nora tidak begitu tertarik dengan suara kicauan burung ataupun suara air terjun yang begitu menenangkan. Bagi Nora, pemandangan diatas ranjang jauh lebih menggiurkan. Eros yang tubuh atasnya tak terlindungi sehelai benangpun berbaring terlentang menunggu Nora mendekat kearahnya.

Pria itu mengangkat tubuhnya dengan bertumpu pada siku ketika Nora duduk ditepi ranjang.

"Apa aku masih tidak diijinkan untuk bersuara?" tanyanya dengan senyum jahil yang kentara.

Nora mendengus melihat itu. Semakin lama ia mulai menyadari aura jahil yang samar-samar menguar dari pria didepannya.

Dari luar saja Eros terlihat dingin tak tersentuh. Pada dasarnya dia tetaplah manusia yang memiliki kecenderungan untuk mengganggu sesuatu yang menurutnya menarik.

Nora mendorong dada pria itu agar kembali berbaring dengan benar. Meski tergoda untuk meladeni candaan Eros tapi dia sadar bahwa mereka tidak punya banyak waktu.

Eros sudah harus pulih sebelum matahari terbit atau seseorang akan menyadari bahwa sang pangeran tidak berada didalam kamar.

"Ini akan sedikit sakit," ucap Nora. Cahaya biru telah menyelimuti telapak tangan perempuan itu.

Eros tidak diberikan waktu untuk bertanya saat Nora tanpa aba-aba menempelkan telapak tangannya dipusar Eros.

Pria itu tersentak merasakan dorongan kuat yang membuat dadanya panas dan sesak. Kepalanya terpelanting kebelakang, menghantam bantal berbulu angsa yang lembut.

ROYAL CHEATINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang