"Sakit, Paman... ini sakit sekali."
Eros berlutut didepan anak perempuan itu dan dengan lembut menariknya kedalam pelukan. Eros mengelus surai hitam sebahu sang anak seraya berbisik menenangkan.
"Shhhh... sekarang Paman sudah kembali. Paman sudah membawa tabib hebat untuk menyembuhkanmu."
Eros mengurai peluknya agar ia bisa menatap anak perempuan pemilik surai hitam. Alih-alih melihat wajah bahagia, anak itu justru membalas tatapan Eros dengan sorot mata sedih.
"Tapi aku sudah pergi, Paman," lirih sang anak. Ia mengangkat kedua tangannya sebatas dada untuk memperlihatkan pada Eros bahwa tangan kecil itu perlahan mulai memudar.
"Apa yang terjadi pada tanganmu?" Eros mencoba meraih tangan kecil itu, namun sia-sia, Eros tidak bisa menggenggamnya.
"Aku pergi, Paman."
"Tidak! Jangan pergi. Paman sudah kembali. Paman akan menyembuhkanmu!" Sekali lagi Eros mencoba untuk mendekap tubuh kecil itu, namun yang bisa ia raih hanyalah udara hampa. Eros menggeleng panik. Dia tidak ingin anak perempuan itu pergi.
"Maaf, Paman," ucap sang anak perempuan sebelum benar-benar pergi menghilang meninggalkan Eros yang terus berteriak sembari berusaha memeluk udara hampa yang telah membawa sang gadis kecil pergi darinya.
"Arabella..."
Eros menarik nafas dalam-dalam ketika harus kembali terbangun dengan mimpi buruk. Pria itu menekan matanya yang basah dengan lengan kanan, berharap air matanya bisa segera berhenti.
Kegagalan dalam melindungi seseorang yang ia cintai membuat Eros seringkali mengalami ketakutan tak beralasan. Takut jika ia kembali akan melihat seseorang kehilangan nyawa karena kelalaiannya.
Mendapati penyusup masuk kedalam istana dan menyerang Nora membuat Eros kembali diliputi ketakutan. Oleh karena itu, malam ini ia memaksa perempuan itu untuk tidur bersamanya.
Lama Eros diam untuk menenangkan diri saat ia mulai merasa sedang diperhatikan. Perlahan Eros menoleh dan mendapati sepasang mata sedang menatapnya dengan – sinis?
Eros mengerjap. Dia sudah bilang bukan, bahwa para perempuan buta yang ia selamatkan memiliki mata persis seperti orang yang bisa melihat. Jika dilihat sekilas tentu tidak akan ada yang percaya jika perempuan yang kini berbaring disampingnya adalah seseorang yang telah kehilangan pengelihatannya.
"Apa aku membangunkanmu?" tanya Eros. Ia bergerak mengubah posisi tidurnya agar miring menghadap Nora.
"Aku mendengarmu menangis sembari terus memanggil nama perempuan."
Eros melarikan pandangannya menatap sembarang arah. Entah kenapa dia merasa seperti sedang tertangkap basah saat sedang melakukan sesuatu yang salah.
"Ah itu..."
"Aku tidak mengerti. Ku pikir kau mencintai Ratu Felicia."
Tubuh Eros menegang ketika mendengar apa yang Nora ucapkan. Pria itu sontak duduk. Rahangnya mengeras dengan tatapan dingin yang menghunus kearah Nora.
"Apa yang membuatmu berani berkata seperti itu?"
Nora tetap pada posisinya yang berbaring miring. Matanya menatap lurus pemandangan dibalik jendela besar dikamar tersebut. Ah diluar sepertinya sedang hujan deras.
"Nora—"
"Kau sendiri yang mengatakannya." Nora menarik selimut sebatas dada. Angin dingin dari luar mulai masuk melalui cela-cela ventilasi. Sungguh disayangkan dicuaca sedingin ini mereka justru meributkan hal yang tidak penting.
KAMU SEDANG MEMBACA
ROYAL CHEATING
RomanceNora terjebak. Desa tempatnya bermalam diserang oleh sekelompok prajurit dari kerajaan seberang. Alih-alih berlari menyelamatkan diri putri kerajaan Sandor ini justru berpura-pura menjadi wanita tunanetra dan dengan pasrah bergabung bersama tawanan...