"Eros!" dia memanggil. Berusaha mengejar laki-laki yang dengan sengaja mengabaikan seruannya. Felicia mengangkat ujung gaun yang ia pakai dan berlari menghadang langkah kaki Eros.
"Kau tidak bisa melakukan ini padaku!" Felicia berseru dengan wajah merah menahan marah juga rasa malu luar biasa.
Desas-desus mengenai pernikahan mereka telah menyebar dikalangan bangsawan. Para nyonya dan Lady dari keluarga ternama mulai berbondong-bondong mendatangi Felicia untuk mencari muka. Namun, pria ini, dengan begitu tega menyangkal semuanya didepan seluruh petinggi istana. Kemarahan Raja Henry bahkan tidak Eros hiraukan.
"Ratu tolong perhatikan sikap Anda," ucap Eros memberi peringatan.
Sebuah dinding bahkan memiliki mata dan telinga. Orang-orang yang mendukung Pangeran Carlos tidak pernah lelah mencari celah untuk menjatuhkan Eros. Dan Felicia tentu mengerti dengan semua yang Eros khawatirkan. Dia menarik diri, mengambil jarak sebelum mendongak dan bertemu pandang dengan Eros.
"Sore ini berkunjunglah ke kediaman ratu. Aku ingin membicarakan sesuatu denganmu."
"Maaf, Ratu, tapi aku sudah memiliki janji dengan kekasihku."
"Aku tetap akan menunggumu." Felicia berkeras hati. Menyakinkan diri bahwa Eros akan memilih mendatanginya. Dikesempatan itu, Felicia tetap bertahan menatap punggung lebar Eros yang menjauh. Dia akan menunggu pria itu, bahkan jika harus kehujanan sekalipun.
Nyatanya harapan Felicia kandas saat Judit memberi kabar bahwa Eros beserta rombongannya telah meninggalkan istana.
Pria itu pergi.
Eros lebih memilih perempuan itu dibandingkan dirinya.
"Yang Mulia!" Judit menjerit kaget saat Felicia melempar semua benda yang ada diatas meja. Gelas-gelas yang semula disediakan untuk menjamu Sang Putra Mahkota kini berhamburan diatas tanah.
Felicia mengepalkan tinjunya. Dadanya bergerak naik turun menahan emosi.
Bagaimana bisa dia dikalahkan oleh seorang rakyat jelata. Yang bahkan tidak bisa dibandingkan dengan Felicia. Segala kualifikasi seorang ratu melekat didalam diri Felicia, sedangkan Nora jelas tidak pantas untuk bersanding dengan Putra Mahkota.
"Aku ingin dia menghilang," gumam Felicia bahkan tidak sadar atas pikiran jahat yang melintas didalam kepala. Dia baru menyadarinya saat mendengar tawa dari belakang tubuhnya.
Felicia menoleh dan mendapati Pangeran Carlos sedang melangkah menghampiri. Seringai tipis yang menghiasi bibirnya membuat Felicia menundukkan pandangan. Ah, dia merasa malu karena terpergok telah mengharapkan kemalangan untuk orang lain.
"Cuaca hari ini sangat cerah. Bukankah Anda juga berpikir seperti itu Yang Mulia Ratu?" Carlos menarik kursi dihadapan Felicia dan mendudukan diri disana.
Sungguh pemandangan yang sangat menghibur. Melihat Sang Ratu yang biasa terlihat baik hati kini menunjukan kebusukannya.
Carlos menopang dagu diatas tinjunya. Seringai tipis itu masih menghiasi bibirnya ketika Felicia memberanikan diri membalas tatapannya.
"Ada urusan apa kau menemuiku, Pangeran?"
"Tentu saja untuk menyapa Ibu tiri ku-ah, atau sekarang aku harus memanggilmu calon ipar ku?" Carlos lantas tertawa. Tawa menghina yang menyinggung perasaan Felicia.
"Aku benar-benar tidak menyangka ternyata kau setamak ini."
"Itu bukan urusanmu!" Felicia menjawab marah.
Carlos tersenyum saja. Justru ketamakan Felicia adalah sesuatu yang ia nantikan. Dia hanya perlu mendorong sedikit lagi agar perempuan ini dapat menjadi bidak catur sempurna untuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ROYAL CHEATING
RomanceNora terjebak. Desa tempatnya bermalam diserang oleh sekelompok prajurit dari kerajaan seberang. Alih-alih berlari menyelamatkan diri putri kerajaan Sandor ini justru berpura-pura menjadi wanita tunanetra dan dengan pasrah bergabung bersama tawanan...