rumah sakit jiwa

1.2K 79 0
                                    

Hendra melangkahkan kaki jenjangnya miliknya di lantai sebuah rumah sakit jiwa.

"Pagi sus" ucap Hendra kepada seorang suster yang lewat.

"Pagi, ada yang bisa saya bantu?" Tanya suster itu kepada Hendra.

"Bu violet ada dimana ya?" Tanya Hendra.

"Bu Hendra sedang berada di taman dengan beberapa suster, ini saya mau kesana" ucap suster itu.

Hendra pun mengangguk.

Suster itu kembali berjalan, dan Hendra mengikuti suster itu dari belakang, namun keadaannya masih disadari suster itu.

Tibalah Hendra disebuh taman yang bernuansa rumput yang bersih dan rapi.

Banyak pasien dan suster lainnya yang sedang berbincang ditaman itu.

Netra Hendra menangkap sosok seorang wanita cantik dengan seorang suster yang mengajak wanita itu berbincang.

Hendra menghampiri wanita itu.

Wanita itu tampaknya tadi melamun saat seorang suster mengajaknya berbicara.

Hendra tersenyum kepada suster itu, dan meminta agar suster itu memberikan waktu agar dirinya dan wanita itu bisa berbicara empat mata.

Awalnya suster tadi ragu meninggalkan Hendra dan wanita tadi, namun begitu tau bahwa Hendra adalah anak dari wanita tadi suster itu pun mengizinkan.

Hendra duduk di kursi panjang samping wanita itu.

"Ma" panggil Hendra dengan lembut kepada sang ibu yang masih melamun.

Violet yang tadi melamun kini melirik ke arah Hendra yang memanggil namanya tadi.

"Hendra ma" ucap Hendra kepada ibunya yang memandang dirinya dengan tatapan kosong.

Tidak menjawab ataupun menanggapi ucapan Hendra, violet justru memeluk putra kesayangannya itu.

Hendra membalas pelukan sang ibu, ia sangat rindu sang ibu, sudah 1 tahun ibunya di rumah sakit jiwa ini, setiap Minggu pula Hendra menjenguk sang ibu, namun sudah hampir 3 bulan ia tidak datang lagi karena sibuk dengan jadwal penerbangan yang padat.

Hendra melepas pelukan sang ibu.

"Mama kangen Hendra?" Tanya Hendra kepada sang ibu.

Violet Mengangguk.

Keduanya kembali duduk dengan sebuah keheningan.

Hendra menatap sang ibu, penampilan sang ibu sangat berbeda ketik saat waras dulu.

Kondisi ibunya saat ini memperihatinkan rambut yang acak-acakan, muka yang pucat, bibir yang pucat dan kering, belum lagi kulit sang ibu sedikit kusam. Mirip seperti orang gila yang sesungguhnya.

"Mama cepet sembuh ya, Hendra kangen" ucap Hendra kepada sang ibu.

Sang ibu hanya melirik tanpa ingin menjawab.

Hendra hanya menghembuskan nafas pelan, ia memang belum terbiasa dengan kondisi sang ibu saya ini.

"Papa jodohin Hendra ma" ucap Hendra dengan suara yang purau.

Violet menoleh sedikit ke arah putranya itu.

"Tapi Hendra nolak, karena wanita itu sudah dicintai sama sahabat Hendra" ucap Hendra.

Violet mengelus surai sang putra dengan lembut.

Hendra menggenggam tangan sang ibu yang mengelus surainya itu, ia mencium tangan sang ibu.

Tangan yang sangat kasar dan tidak terawat milik violet dicium oleh Hendra tanpa rasa jijik sedikitpun.

Begitulah kasih sayang seorang anak kepada sang ibu.

Violet menangis dengan suara yang kencang sambil berteriak.

"Nggak! Nggak!" Teriak violet.

Melepas genggaman pada tangan sang ibu, ia menatap sang ibu dengan panik.

Beberapa suster menghampiri Hendra dan violet.

"Nggak! Nggak! Saya gak mau!" Teriak violet sambil mencakar tangan suster yang berusaha menengkannya.

"Sebaiknya bapak pergi dulu, biar ibu violet bisa mendengarkan diri" ucap salah satu suster kepada Hendra.

Hendra pun mengangguk lalu dengan langkah yang berat ia mulai menjauhi sang ibu yang sedang kacau.

Hendra menatap ke belakang lihat sang ibu yang masih histeris.

"Sus, dokternya kemana?" Tanya Hendra kepada salah satu suster yang ingin menghampiri violet.

"Beliau sedang pergi keluar negeri karena ada urusan" ucap suster itu, lalu berlari meninggalkan Hendra.





TBC

love plane •heeseungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang