Kalea dan Hendra berada di ruangan bernuansa putih, mereka dirumah sakit.
Hendra menatap binar layar monitor yang menampilkan sosok janin yang masih kecil, kalea menoleh ke arah Hendra ia tersenyum senang melihat Hendra yang terlihat bahagia.
"Jenis kelaminnya sudah kelihatan, apa bapak dan ibu ingin tau?" Tanya dokter yang memeriksa kandungan kalea.
Hendra mengangguk antusias dan senyum yang lebar dibibirnya.
"Janinnya laki-laki" ucap dokter itu.
Kalea dan Hendra saling memandang dan tersenyum bahagia.
"Kalian pasti pasangan suami istri yang bahagia" ucap dokter itu kepada keduanya.
"Dia bukan istri saya" ucap Hendra.
Senyum dibibir kalea pun luntur mendengar ucapan Hendra.
"Maaf saya kira suaminya, oh iya ibu tolong jangan banyak pikiran karena itu sangat berbahaya kepada sang janin apalagi kondisinya lemah" ucap dokter itu.
Kalea pun mengangguk pelan.
Kalea diam ia menatap Hendra yang masih menatap layar monitor, ia tidak menyangka Hendra akan mengucapkan kalimat itu, ia sakit hati walaupun dia tau Hendra sedang mengalami lupa ingatan yang pastinya ia juga lupa pada dirinya.
Kalea dan Hendra keluar dari ruangan tempat kalea USG tadi, kalea memperhatikan foto hasil USG di tangannya ia tersenyum senang.
Hendra ikut menatap foto USG itu, kalea menatap ke arah Hendra yang ikut menatap dengan wajah gembira.
"Kamu kok seneng gitu lihat foto ini" ucap kalea menunjuk foto USG ditangannya.
"Aku juga gak tau, kenapa dari tadi aku lihatin foto itu hawanya senang terus" ucap Hendra.
Kalea pun tersenyum,"kalo kamu seneng, kamu boleh simpan foto ini" ucap kalea menyondorkan foto tadi kepada Hendra.
"Boleh?" Tanya Hendra yang ingin menerima foto itu.
Kalea mengangguk sambil tersenyum.
Hendra pun segera menerima foto itu dan melihatnya sambil senyam-senyum sendiri.
"Gak mungkin papanya sendiri gak boleh punya fotonya" batin kalea.
Kalea ikut tersenyum melihat wajah Hendra yang terlihat bahagia itu.
Hari, Minggu, dan bulan terus berganti seiring berjalannya waktu.
Kandungan kalea sudah memasuki usia 7 bulan, selama 3 bulan belakangan ini hubungan kalea dan Hendra membaik, walaupun ingatan Hendra belum pulih.
Hendra selalu mengunjungi, bahkan sering sekali, bahkan sesekali Hendra tidur di rumah ini, rumah mereka berdua.
Hendra selalu mengatakan bahwa saat ia lelah melihat wajah kalea, dan mengelus perutnya adalah obat lelahnya itu.
"Dua bulan lagi kamu lahiran?" Tanya Hendra kepada kalea.
Keduanya duduk di kursi taman yang berada di rumah maleo dan violet.
Saat Hendra datang kerumahnya kalea mengajak Hendra untuk ke rumah ini.
"Iya" ucap kalea sambil memperhatikan langit.
Hendra pun mendongakkan kepalanya, ia menatap langit-langit yang sangat cerah di pagi hari menjelang siang ini.
Kepala Hendra sedikit pusing, beberapa memori melintas diotaknya, Hendra memegangi kepalanya itu sambil tertunduk ke bawah dan sedikit merintih tanpa suara.
Kalea yang merasa ada yang janggal pun menoleh ke arah Hendra yang duduk di sampingnya, ia panik melihat Hendra yang merintih.
"Mas Hendra kenapa?" Tanya kalea panik dan ikut memegangi tangan Hendra.
Hendra tidak menjawab karena sakit di kepalanya itu terasa sangat luar biasa.
"Mas Hendra!" Kalea sedikit berteriak kala Hendra sedikit hilang keseimbangan.
"Mas! Masih Hendra!" Kalea semakin berteriak kala Hendra jatuh tergeletak di rerumputan yang hijau itu.
Kalea berjongkok dan mengguncangkan badan Hendra.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
love plane •heeseung
Romantizmsebuah kisah seorang pilot (hendra) dan psikiater (kalea) yang bertemu di bandara karena bertabrakan saat hendra terburu buru akhirnya dompetnya jatuh dan kalea yang diajak bertabrakan menemukan dompet itu namun saat ingin mengembalikan nya kalea ke...