Malam yang dingin nan sunyi, malam yang sangat pas untuk suasana hati kalea saat ini, sedih.
Kalea duduk di balkon ia mendongak mantap langit, perlahan ia memejamkan matanya, angin yang berhembus di wajahnya, itu sangat dingin namun bagi kalea tidak ada apa-apanya itu tidak akan menganggunya, kalea tetap berusaha menenangkan dirinya.
Kalea berpikir apa yang akan terjadi padanya besok, besok ia akan menjalani hari tanpa sosok Hendra yang selalu mendukungnya.
Biasanya Hendra akan membantunya membuat sarapan, juga Hendra akan membuatkannya sarapan jika ia bangun siang.
Hendra yang mengajaknya ke pantai untuk melihat matahari terbenam dimalam hari.
Hendra yang akan ia hubungi ketika ia merasa rindu.
Hendra yang menemaninya tidur.
Hendra yang selalu ada untuknya dan mengerti kondisi hatinya.
Air mata kalea mulai keluar walaupun matanya masih setia terpejam.
Ia pun membuka matanya lalu mengusap air matanya itu.
Kalea pun beranjak ia memasuki kamarnya, tidak lebih tepatnya kamar Hendra dulu, ya dia sedang menginap di rumah mertuanya.
Kalea membuka ponselnya, membuka galeri dan melihat-lihat foto Hendra.
Foto ini, foto saat keduanya melihat sunset, Hendra sering mengajaknya ke pantai untuk melihat awan dan suasana langit yang indah saat sore hari.
Kalea tersenyum mengamati foto itu, apakah suatu saat nanti akan seperti ini lagi? Yang ia harapkan adalah iya.
Pagi hari di meja makan kalea, violet, dan maleo sedang memakan sarapan mereka, hening hanya bunyi sendok dan piring yang terdengar.
Kalea pun angkat bicara.
"Ma, pa kalea mau jenguk mas Hendra" izin kalea.
"Kamu dirumah aja, nanti kamu kecapean" ucap violet.
"Gapapa ma, kalea kangen sama mas Hendra"
"Tapi mama gak bisa menemani kamu, hari ini ada acara di butik" ucap violet.
"Kalea bisa sendiri nantinya" uacp kalea sambil tersenyum.
"Nanti beritahu papa kalau ada perkembangan tentang Hendra" ucap maleo.
Kalea pun mengangguk sambil tersenyum.
Kalea berjalan menuju Hendra, ia juga mengenakan jubah rumah sakit.
Hendra masih saja tertidur di atas ranjang rumah sakit dengan tubuh yang tidak berdaya, juga matanya yang masih setia terpejam.
Di ruangan itu hanya ada bunyi alat-alat yang menempel pada tubuh Hendra, kalea tidak tega melihat orang yang ia cintai harus bertahan hidup dengan bantuan alat-alat itu.
Kalea hanya berdiri mengamati wajah Hendra yang sangat damai itu.
Banyak hal yang kalea rindukan dari Hendra, ia juga ingin melihat wajah senang Hendra atas kehadiran malaikat kecil mereka yang masih berada di perut kalea.
"Hendra" lirih kalea memanggil Hendra.
Kalea harap Hendra bisa mendengar lirihnya dan membuka mata, namun itu semua hanya sekedar harapan, Hendra tetap tidak membuka matanya.
Kalea mendekatkan bibirnya pada telinga Hendra.
"Aku pengen strawberry cake, aku pengen lihat sunset, aku pengen jalan-jalan sama kamu" ucap kalea tepat di telinga Hendra.
Kalea melihat Hendra berharap ada sebuah keajaiban, namun nihil Hendra masih tidak menunjukkan pergerakan sama sekali.
Pintu ruangan dibuka.
Kalea menoleh ke arah pintu itu, ada seseorang yang masuk dan berjalan ke arahnya juga Hendra.
"Senan" gumam kalea melihat orang itu, senan.
Senan berjalan menuju kalea dan berdiri di samping gadis itu, ia mengelus pundak kalea, kalea hanya menatap Hendra, ia ingin melihat Hendra sadar dan kembali seperti semula.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
love plane •heeseung
Romancesebuah kisah seorang pilot (hendra) dan psikiater (kalea) yang bertemu di bandara karena bertabrakan saat hendra terburu buru akhirnya dompetnya jatuh dan kalea yang diajak bertabrakan menemukan dompet itu namun saat ingin mengembalikan nya kalea ke...