Dering ponsel itu berbunyi tanpa henti. Barcode sudah tahu siapa yang terus-menerus meneleponnya. Pria yang ia abaikan sejak pagi tadi, pria yang memandangnya hanya seorang remaja delapan belas tahun yang tidak tahu apa pun. Baru kali ini Barcode membenci pemikiran Jeff. Tidak bahkan saat pria itu takut untuk menjalin hubungan dengannya. Tidak bahkan ketika Jeff memilih menghilang tanpa kabar di LA.
"Ngod?"
Ketukan halus di daun pintu membuatnya melempar pandang dari ponsel.
"Ngab?"
"Sudah tidur?"
Remaja itu membuka pintu dan mendapati sang Kakak yang membawa beberapa masker wajah. Creamy masuk ke dalam kamar Barcode saat daun pintu itu dibuka lebar oleh adiknya.
"Baru selesai mandi na. Kenapa, Phi?"
"Phi dikirimkan produk terlalu banyak. Takut enggak bisa Phi habiskan," katanya sambil meletakkan satu dus berisi masker di atas meja belajar Barcode. Ponsel di atas meja yang sama itu kembali berdering. Nama seorang pria yang Creamy tahu sangat Barcode cintai.
"Phi Jeff menelepon, Ngod."
Barcode yang duduk di tepi ranjang sambil mengusak rambutnya itu menjawab, "Sudah tahu."
"Terus, kenapa enggak diangkat?"
Saat dering itu mati, Creamy bisa melihat berapa kali nama Phi Tepp itu menelepon.
"Dua puluh tiga kali, Ngod? Kamu sengaja?"
"Hm."
"Oh," Creamy tertawa halus, lalu merebah diri di samping adiknya. "Kalian sedang bertengkar, ya?"
"Phi Jeff itu ...!" Barcode mengembus napasnya kesal, membuat Creamy terduduk dan memerhatikan adiknya secara penuh. Bibirnya merengut.
"Pertengkaran itu hal biasa na, Ngod. Asal jangan membesarkan masalah yang kecil, jangan membuat masalah berlarut-larut."
"Apa Phi Cream pernah berciuman?"
Bibir Creamy tertutup rapat, namun semburan tawa meledak setelahnya. "Kenapa tanya begitu?" tanya Creamy diselingi tawa. "Kemarin juga kamu tanya aneh-aneh, Ngod. Ada apa?"
Kakak Barcode itu masih tertawa-tawa bahkan saat adiknya berkata dengan serius, "Bagaimana kalau aku katakan, Phi Jeff enggak mau mencium aku?"
"Bukannya Phi Jeff sudah pernah mencium mata kamu?" goda Creamy seraya mengedipkan sebelah matanya.
"Bukan itu na, Phi Cream."
"Oh!" Creamy tertawa halus. "Itu bukan masalah yang besar na, Ngod. Enggak semua orang yang saling suka akan berciuman bibir."
"Bukan hanya ciuman bibir biasa," Barcode merengut. Agak bingung juga dirinya mengatakan hal ini kepada sang Kakak yang seorang perempuan. Ia merasa malu tentu saja.
"Maksud kamu, french kiss?"
"French kiss?"
"Iya, yang seperti itu pokoknya. Kamu bisa searching di internet nanti. Intinya, Ngod, apa pun jenisnya itu bukan masalah besar."
Barcode diam dengan wajah yang terlihat berpikir. Apa iya itu bukan masalah yang besar? Tapi, Barcode ingin Jeff bebas melakukan apa yang ia inginkan tanpa harus menahan dirinya, tanpa harus memikirkan usianya. Jika Jeff ingin, siap atau pun tidak, Barcode akan melakukannya.
Perempuan dua puluh dua itu mengembus napasnya. Diusap punggung sang adik.
"Phi tahu, Phi Jeff yang pertama untuk kamu na, Ngod. Kamu pasti penasaran, dan perasaan kamu sangat menggebu-gebu dengan hubungan kalian. Tapi, kalian kan belum menjalin hubungan apa pun. Phi Jeff mungkin enggak ingin melewati batasnya."

KAMU SEDANG MEMBACA
The Voice | JeffBarcode [COMPLETED]
FanfictionMusik adalah kehidupan Jeff Satur, dan suara adalah nyawanya. Untuk meraih mimpi yang ia tanam sepuluh tahun lalu, bahkan tahun-tahun sebelumnya, Jeff harus mundur dari agensi yang menaungi karier beraktingnya. Agensi yang secara tidak langsung mela...