BAGIAN 23 : I don't wanna have a sweet dream

811 42 123
                                    

Berat tangan Jeff untuk melepaskan pelukan dari tubuh Barcode. Pria muda yang kini sudah terlelap itu pun terlihat enggan menarik tangannya dari leher Jeff, kepalanya bahkan masih bersandar di perpotongan pria dua delapan. Ketukan pintu halus menarik manik Jeff pada pria tinggi berkulit eksotis di daun pintu.

"Phi hanya mengecek, kalian sedang tidur atau gulat-gulatan."

Jeff tidak menimpali Apo, baginya candaan yang Apo lempar tidak ubahnya jarum di tumpukan jerami.

Pelan, Jeff mengambil tangan Barcode. Ia melepaskan pelukan yang Barcode coba pertahankan selama pemuda itu terjaga. Maniknya menatap sembab dan basah yang terpejam, Jeff kecup kelopak itu dalam seolah bibirnya tidak akan pernah lagi menjamah.

"Aku titip Barcode, Phi Po," ujar Jeff seraya membelai puncak kepala Barcode dengan lembut. "Jangan buat dia mabuk lagi."

"He. He. He," kaku Apo tertawa karena tatapan tajam yang Jeff layangkan padanya. "Phi enggak sengaja," dalihnya seraya bertolak pinggang. "Dia bilang haus, jadi Phi ambil saja air yang ada. Ternyata itu vodka."

Mengembus napas Jeff melihat diri Barcode. Pria itu turun dari tempat tidur perlahan-lahan, berusaha agar Barcode tidak terganggu. "Aku lebih memilih Barcode mabuk kelapa daripada alkohol."

"Kenapa? Menyakitkan, ya, mendengar dia meracau?"

Naik sebelah alis mata Jeff, "Dia meracau apa tadi?"

"Penis kamu kecil."

"Hah?"

Melingkar tangan Apo dengan cepat ke leher Jeff. Pria itu menyeretnya ke luar kamar tidur, "Biar Phi potong penis kamu, Jeff! Bisa-bisanya kamu membuat adik kesayangan Phi menangis seperti orang gila!"

"Phi pikir aku ingin membuatnya menangis?! Phi pikir, aku ingin hal ini terjadi?!"

Kencang kembali Apo memiting leher Jeff. "Kamu bisa lebih berani, Jeff!"

"Po!" Sergah Mile yang tiba tepat waktu. Melerai dirinya dua pria dewasa yang bertengkar di dekat tangga. "Jangan begini. Lepas, Po! Jeff juga merasakan hal yang sama dengan Barcode."

Mile menarik tangan Apo dari leher Jeff dengan susah payah. Pria tinggi itu menatap wajah yang lebih muda. Benar, Jeff sama kacaunya dengan Barcode meski pria ini sudah mandi. Sebalnya Apo, Jeff masih terlihat tampan dengan wajahnya yang tirus dan rahang tegasnya. Mungkin Pond benar, Jeff ini seorang alien, atau vampir seperti yang selalu penggemarnya katakan. Oh, dia seorang dewa, ingat Apo.

"Jeff, mind to share?"

"How?" Jeff menarik napasnya dalam, terdengar cairan hidung itu ikut masuk ke dalam. "Aku terlalu takut untuk mengingat kenangan indah dengan Barcode setiap kali hal buruk ini masuk ke pikiranku, Phi."

"It's okay, Jeff. Kamu memiliki Phi, cerita na?"

"Apa Barcode sempat bicara?"

Mile menggeleng, "Seperti yang Phi ceritakan di telepon, dia datang dan tiba-tiba menangis. Enggak ada yang Barcode ceritakan."

"Enggak sampai dia mabuk," tukas Apo. Ia mengembus napasnya kesal. "Phi bukan ingin membela Barcode dan enggak memahami kamu, Jeff. Tapi, Barcode, dia masih delapan belas tahun dan harus dibebani kenyataan kalau kalian enggak akan bisa memiliki bayi?" Apo mendengus sinis, "The fuck is that?! Bukan itu inti dari sebuah hubungan."

"Aku enggak pernah masalah dengan itu, Phi Po. Aku sudah mengatakannya, bahkan sejak awal kami menjalin hubungan."

"Iya. Memang bukan kamu, tapi Mama kamu, Jeff."

"Jeff."

Jeff Satur menyisir rambutnya dengan jemari begitu gelisah. Frustrasi isi kepalanya. "Barcode berjanji pada Mama dan Papa akan meninggalkan dan melepaskan aku selama Barcode bisa menghabiskan waktunya bersamaku di Korea kemarin.

The Voice | JeffBarcode [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang