"Phi Jeff ikut, kan?"
Pria yang sedang bersandar di headboard itu mengangguk kecil sambil tersenyum memerhatikan pria muda yang mengenakan celana dalamnya. "Hm? Apa, Phi Jeff?" Tanya pemuda itu yang menanggalkan handuknya, lalu berjongkok di depan koper hanya dengan berlapis boxer.
"Phi Jeff?" Menoleh Barcode sedikit kesal lantaran tidak mendapat jawaban. Ia malah mendapati kekasih dua sembilannya itu menahan tawa. "Aw, kenapa?"
"Pakai baju yang benar na," kekeh Jeff. "Kamu bisa masuk angin."
Barcode tatap tubuhnya sendiri masih sambil berjongkok. Bibirnya ditarik lebar, dengan tanpa aba-aba pemuda itu melompat ke atas tempat tidur, naik ke pangkuan Jeff seperti katak. Kedua lengannya mengungkung kepala Jeff pada headboard. "Phi Jeff ikut ke rumahku, atau Phi Jeff ingin main lagi?"
"Hahahaha! Barcode."
Puas Jeff tertawa. Ia tarik pinggang Barcode hingga bokongnya benar-benar ada di atas pangkuannya. Karena ya, Barcode masih takut untuk duduk di atas pangkuan Jeff mengingat kaki Jeff masih dalam proses pemulihan pascaoperasi.
Jeff remas dua bongkah bakpao kesukaannya itu, "Jangan menggoda setengah-setengah na, Khun Tinnasit."
"Phi Jepp," tekan Barcode saat Jeff dengan sengaja menarik dirinya lebih dekat hingga sesuatu di balik boxer itu tertekan. Kedua tangannya di bahu Jeff menahan jarak.
"Morning sex is too short for us isn't it, babe?"
Barcode tarik napasnya dalam. Mereka sudah menghabiskan waktu satu jam bergumul dalam permainan tangan dan mulut setelah bangun tidur di jam setengah lima pagi. Mereka nyaris tidak pernah melakukan seks di pagi hari karena berburu waktu dengan jadwal, ditambah semalaman mereka melakukan seks juga. Jadi, ketika malam keduanya benar-benar hanya dilewati dengan tidur nyaman saling mendekap dan melepas rindu, paginya hasrat itu terjaga bersamaan dengan dua tombak yang secara alami ikut terbangun di pagi hari.
"Let's do it one round time?" Jeff cium leher Barcode dengan begitu lamban hingga desis napas hangatnya mampu menggelitik leher Barcode. Merinding pemuda itu rasanya.
"Phi Jepp ...."
Tangan tegas itu menyisir punggung putih yang panjang. Sensasi geli berbaur dengan kesenangan mengaduk-aduk perut Barcode. Jeff menggigit bibirnya sendiri kala dudukan pemuda itu semakin rapat tanpa ia paksakan.
Jeff sisir leher jenjang Barcode dengan bibir tipisnya. Napasnya beradu, kecupan basah mengecap indah pendengaran Barcode. Pemuda dua puluh itu memainkan bokongnya, bergerak ia perlahan dan konstan. Napas tenang kini berubah sedikit tergesa. Jeff tidak kuasa. Ia buka kakinya hingga Barcode duduk di atas kasur.
"Sa, sakit?" Panik Barcode tiba-tiba. Ia usap-usap paha Jeff lembut.
Menggeleng Jeff dengan senyumnya, "Mind to undress Daddy—again, my baby?"
"Daddy," Barcode majukan duduknya hingga miliknya berhimpit dengan milik Jeff. Ia peluk leher Jeff erat, menenggelamkan wajahnya di perpotongan leher sang kekasih.
"Ingin coba seks anal?"
Menggeleng Barcode dengan cepat.
"Kenapa?"
"Uuh. Aku takut," rengek pemuda dua puluh itu.
Jeff seketika terdiam. Kondisi Jeff saat ini tentu sangat sulit untuknya bergerak bebas dan dominan dalam seks. Oral dan masturbasi sudah mereka lakukan, tapi Jeff tahu Barcode lebih menyukai seks anal bersamanya.
"Code ...." Jeff peluk erat punggung polos Barcode. Ia kecup bahunya, "ambil pelumasnya di laci."
Barcode seketika menarik kepalanya. Matanya nampak terkejut, namun dengan wajah yang menggemaskan. "Haha," kekeh Jeff.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Voice | JeffBarcode [COMPLETED]
FanfictionMusik adalah kehidupan Jeff Satur, dan suara adalah nyawanya. Untuk meraih mimpi yang ia tanam sepuluh tahun lalu, bahkan tahun-tahun sebelumnya, Jeff harus mundur dari agensi yang menaungi karier beraktingnya. Agensi yang secara tidak langsung mela...