BAGIAN 29 : One step

963 45 38
                                    

Tangannya terasa hangat saat genggaman menaut jemari merelungnya. Jatuh manik Barcode pada tangannya sendiri, erat Jeff menggenggam, menghantarkan ketenangan. Jeff usap lembut punggung tangan kekasihnya hingga atensi Barcode jatuh pada maniknya. Anggukkan kepala Jeff meneguhkan hati Barcode. Menarik napas pemuda sembilan belas tahun, embusannya yang pelan penuh ketegangan lolos bersama semua perasaan tak karuan.

"Sudah datang."

Tertahan napas Barcode saat Papa Jeff datang dari sebuah pintu yang mengarah ke samping rumah. Wajahnya tidak terlihat antusias, tidak juga menyambut, tidak pula kesal. Entah apa yang dipikirkan, Barcode tidak bisa menebaknya.

"Ha, halo ngab, Papa."

Salam hormat Barcode berikan. Atensi Papa jatuh pada genggaman sang pemuda yang tidak lepas meski hormat di depan dadanya. Papa mengangguk, lalu menunjuk sofa untuk Barcode duduk.

"Papa, apa kabar na?"

Menarik napas Papa Jeff cukup dalam. "Baik," katanya.

Barcode tidak berani berharap, karena sikap Papa masih sama dinginnya seperti Papa tahu Jeff menjalin hubungan dengannya. Pria muda itu menjadi kikuk, takut untuk bersikap ramah seperti biasanya.

"Bagaimana kuliah?"

"Baik na, Papa."

Manik Papa kembali jatuh pada tangan yang kini erat menggenggam tangan putranya. Terlihat cincin keramik hitam dengan berlian itu melingkar indah di sela jemari. Lebih indah daripada sebuah gambar. "Selamat ulang tahun," ucap Papa.

Mengerjap mata Barcode dengan cepat. "Ng, ngab?" Sudut bibirnya ingin naik, namun ragu. Ia tidak memercayai telinganya sendiri.

"Sudah sembilan belas tahun. Selamat ulang tahun, luk."

Merekah lebar senyum di wajah Barcode. "Ngab!" Serunya semringah. "Terima kasih na, Papa."

Di sisi Barcode, Jeff ikut menarik ekor bibirnya. Ia menatap Papa dengan tatapan penuh rasa terima kasih.

Papa berdeham, lalu berkata, "Makan malamnya masih dipesan, kalian sudah lapar?"

Barcode menggeleng kepalanya secepat kilat. "Ngod belum lapar na. Phi Jeff?" Pria di sisi Barcode hanya menggelengkan kepalanya. Ia terlihat bingung dengan senyum di wajahnya.

"Hari ini kamu ada kegiatan di kampus?"

"Ngab. Enggak sesuai jadwal na, Papa. Ngod selesai lebih cepat, setelah itu Ngod main dengan teman kampus, lalu ke Studio Phi Jeff. Papa tahu, Phi Jeff memarahi Phi-phi di sana karena aku mengajak mereka bermain Jenga. Lalu ...." Barcode tiba-tiba terdiam. Ia tertawa dengan kikuk, "Maaf na, Papa. Ngod banyak bicara."

"Kamu memang seperti itu, kan? Senang bercerita."

Barcode tersenyum, lalu mengangguk kepalanya.

"Bagaimana rasanya menjadi mahasiswa?"

"Belum terbiasa na, tapi menyenangkan. Ngod ingin seperti Phi Jeff," menoleh Barcode pada kekasihnya. "... Memiliki banyak teman, dan selalu percaya diri."

Kekasih Barcode hanya tersenyum dengan dagu yang terangkat tinggi. Tawa Barcode renyah dengan kesombongan kekasihnya itu, padahal Jeff tidak sepercaya diri itu bahkan untuk mengakui perasaannya sendiri saat di bangku SMA-berujung ia tidak menyatakannya bahkan sampai kelulusan tiba.

"Papa."

Papa Jeff menatap pria muda yang digadang-gadang putranya sebagai pria yang dicintainya.

"Mama. Apa kabar na?" Tersenyum tipis Barcode. Ia tahu, bertemu dengan wanita yang melahirkan Jeff saat ini bukanlah hal yang mudah. Namun begitu, dirinya tidak pernah bisa membenci Mama Jeff, terlepas apa pun yang dikatakan dan dilakukannya.

The Voice | JeffBarcode [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang