BAGIAN 46 : Step Forward

1.1K 31 63
                                    

Hai, terima kasih banyak untuk selalu menunggu penpik ini kembali terbit. Semoga enggak lupa alurnya, ya ....

And, yaah... I am fine, thankyou somuch♡

===========================

"Don't you wanna steal my voice, Phi Tin?"

Mematung kaku tubuh yang bernyawa. Setiap pandang mata tidak mampu berpaling. Tatapan-tatapan itu seirama dalam statis keterkejutan.

Jeff Satur, sang penyanyi bersuara dewa itu terbuai dengan senyum dan suara riang sang kekasih hingga tak sadar jika apa yang ia lakukan menjadi pusat atensi dari para tenaga kesehatan yang merawat kekasihnya.

"Phi Jeff ...." kecil Barcode menggumam, rona malu menghias wajahnya.

"Hm?"

Barcode tertawa halus menyuratkan malu seolah perutnya tengah digelitiki ribuan kepak sayap kupu-kupu. "Cinta Phi Jeff na," tembaknya dengan halus. Tanganya dengan cepat melingkari pinggang yang bersandar di dinding hingga kepala Jeff ada di bahunya, membuat manik tegas terbuka pandangan.

Kaku Jeff tertawa, tapi kemudian napasnya lolos dengan tenang. Ia tersenyum lembut seraya membalas pelukan yang tak bisa berhenti bergerak dari Barcode. Jeff lempar tatap pada setiap pasang mata yang masih terpaku, "Shh ...." bisiknya tanpa suara dengan telunjuk di atas bibir. Matanya mengedip satu membuat setiap orang merasa malu, lalu melempar pandang dengan senyum penuh rasa gemas.

"Masuk na," kata Jeff sambil menarik tubuhnya dari pelukan sang kekasih. Kruk ia ambil dan menopang tubuhnya.

Jeff tertawa kecil, lalu menaut jemari Barcode dengan lengan kanannya. Tanpa mengatakan apa pun Jeff bawa masuk Barcode ke dalam kamar rawat inap.

"Mama!" panggil Barcode semringah. "Lihat na!" Ia tunjukkan cincin di jari manis kirinya yang Jeff genggam.

Mama yang sejak tadi memerhatikan putra dan kekasihnya dari daun pintu itu tersenyum lembut. Halus dan hangat Mama mengusap lengan atas Jeff, "Terima kasih na, luk," kata Mama. "Ngod, jaga baik-baik cincinnya na."

"Ngaaab!" Pria muda itu tertawa sangat senang.

"Kamu harus menaikkan berat badan,'" kata Jeff yang berdiri di sisi tempat tidur Barcode. Meski dengan kaki tertopang kruk, Jeff masih membantu kekasihnya untuk duduk dengan benar di atas tempatnya.

"Aw? Kenapa na, Phi Jeff?"

Netra itu menunjuk pada jemari Barcode, "Cincinnya longgar, tanda kamu semakin kurus," terang Jeff.

"Ehehehe. Aku janji akan makan banyak na."

Jeff cubit hidung Barcode, "Bagus na. Makan yang banyak agar bakpao Phi enggak kempes," katanya.

"Bakpao?"

"Hm," angguk Jeff seraya menahan tawanya. "Bakpao!" Tegasnya sambil meremas bokong sang kekasih.

"Phi Jepp!" Barcode pukul lengan kekasihnya itu, namun Jeff malah tertawa. "Jangan menggodaku!"

"Ahaha. Khab. Khab."

Barcode yang merengut wajah itu sesungguhnya merasa sangat bahagia. Tawa Jeff, senyum Jeff, pancaran cahaya dari sorot mata Jeff, semua itu sangat indah. Entah sudah berapa kali Barcode merasa jatuh pada pesona Jeff, dan entah berapa kali ia bisa merasakan cinta Jeff kepadanya yang begitu besar.

Ringan dada Barcode, ia tidak harus menyembunyikan apa pun demi apa yang ia tatap saat ini, demi perasaan yang bermekaran dalam hatinya detik ini.

Iya, memang sejak awal ia tidak harus menyembunyikan apa pun.

The Voice | JeffBarcode [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang