Di ruang tengah, di atas karpet bulu, Jeff duduk bersandarkan beanbag dengan laptop di atas pangkuannya. Beberapa biji durian sudah begitu licin dalam satu wadah styrofoam, menyisakan empat buah daging durian yang tersisa. Jeff mengambil satu durian, melumatnya penuh dengan rasa puas yang menggoyang lidahnya. Sama seperti Barcode yang tergila-gila dengan kelapa, Jeff begitu tergila-gila dengan durian. Bedanya, Jeff tidak memakannya setiap hari. Namun, sekali saja Jeff makan, maka dia tidak akan berhenti sampai ada yang menghentikannya.
Menari ke kanan dan kiri kepala pria dua delapan itu, bahunya naik dan turun bergatian mengikuti irama musik. "I'm thinking 'bout how people fall in love in mysterious ways. Maybe it's all part of a plan¹. Hm .. hm hm .... Na na na naa na naa ...." Bersenandung merdu suaranya. Ia kembali melumat durian yang tersisa di jemari.
Ditemani musik dan buah durian, matanya fokus pada layar laptop. Jeff yang libur hari ini sejatinya tidak benar-benar libur. Ia sengaja membatalkan jadwal kerjanya untuk menemani Barcode melakukan pemeriksaan kesehatan. Namun begitu pekerjaan kantornya tidak kalah menumpuk. Beberapa kontrak harus ia review, beberapa laporan harus ia periksa, dan beberapa bisnis harus ia pantau perkembangannya.
Melihat angka di sudut laptop yang sudah lewat dari dua belas, Jeff melirik ponselnya. Barcode belum membalas pesan yang ia kirimkan. Mungkin pemuda itu masih di perjalanan menuju lokasi syuting setelah Jeff meneleponnya setengah jam lalu. Jeff menghela napasnya, ia letakkan laptop di sisi lalu melumat habis daging durian yang masih tersisa di bijinya. Merebah diri Pria itu. Ia menghubungi sang kekasih, sebuah panggilan video Barcode terima di seberang sana.
"Masih di mobil?" Tanya Jeff, melihat Barcode yang merapikan rambutnya berlatar sandaran leher jok mobil.
"Baru sampai na. Aku baru akan menelepon Phi Jeff."
Jeff mengangguk kepalanya. Suara pemuda itu masih sedikit serak, namun jauh lebih jelas. Jeff sudah mengeluarkan semua stok kelapa dari lemari pendingin sehingga Barcode dapat dengan puas menikmati surga dunianya itu di tengah malam hingga pagi tadi. Kekasih Barcode Tinnasit itu juga sudah menghubungi Pond agar Barcode dapat libur latihan vokal hari ini, dan tidak mengambil pekerjaan lain selain series yang sedang dijalaninya. Bukan hanya agar Barcode fokus kuliah, tapi agar pemuda itu tetap prima. Beruntung, Manajer kekasihnya tidak dapat membantah Pond, meski masih ada tiga sampai empat pekerjaan lain yang sudah terlanjur mengikat kontrak.
"Bagaimana kuliah?" Tanya Jeff.
"Baik, seperti biasa. Aku harus melakukan presentasi karena aku enggak bisa ikut mencari referensi untuk makalah kelompok."
"Teman-teman kamu enggak masalah?"
"Enggak na. Bahkan mereka yang meminta aku."
"Minta mereka untuk mengerjakan makalah di kafe Phi na."
"Aw? Kenapa na, Phi Jeff?"
"Pertama, jaraknya enggak begitu jauh dari kampus kamu na, Code. Kedua, mereka bisa makan gratis di kafe Phi. Apa pun gratis. Ada wifi juga na. Dan yang terpenting ... Teman kamu penggemar Phi semua, kan?" Jeff menaik-nurunkan alisnya dengan cepat. "Mereka enggak akan merasa pusing."
"Aw?" Barcode tertawa-tawa. "Phi Jeff, mereka enggak akan mengerjakan tugas, tapi hanya akan bernyanyi-nyanyi di kafe Phi Jeff."
"Phi akan minta Phi Venus mengawasi mereka. Agar tugasnya selesai."
"Hahaha, Phi Jeff!"
"Phi serius na."
"Ihihii. Oke na, oke. Aku akan meminta mereka mengerjakan tugas di sana, lalu? Bagaimana staf Phi Jeff tahu kalau mereka temanku, dan enggak akan meminta mereka untuk bayar?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Voice | JeffBarcode [COMPLETED]
FanficMusik adalah kehidupan Jeff Satur, dan suara adalah nyawanya. Untuk meraih mimpi yang ia tanam sepuluh tahun lalu, bahkan tahun-tahun sebelumnya, Jeff harus mundur dari agensi yang menaungi karier beraktingnya. Agensi yang secara tidak langsung mela...