BAGIAN 43 : Healing the closed wounds

656 42 57
                                    

Berjalan kaki itu dengan cepat. Jeff tarik kenop pintu mobilnya. Keras ia membanting.

Kedua tangan itu memegang kemudi, erat dan kuat. Keningnya jatuh, terpukul kerasnya kemudi. "Masih ada Phi," lirih Jeff. "Kamu masih memiliki Phi, Barcode!"

Jeff pukul dashboard mobil hingga tangannya berdenyut ngilu. Rasa ngilu yang tidak lebih besar dari rasa ngilu di hatinya. Isak Jeff pecah, air matanya tumpah deras. Ia tidak bisa berpikir jernih seolah dirinya lah yang mabuk. Barcode, kekasihnya, pemuda itu lebih memilih tenggelam dalam ketakutannya. Berlari bersama buaian semu vodka.

"Aaaghhh! Sial! Sial!"

Berkali-kali Jeff tinju dashboard mobilnya. Meraung tangisnya hingga menembus badan mobil, menggema di tengah kosongnya basement.

"Kenapa, Code?" Isak Jeff, lemah dan lirih. Kepalanya menyandar pada jok mobil, "Kenapa kamu enggak berlari pada Phi? Kenapa kamu menyembunyikannya? Kenapa kamu memilih vodka daripada Phi? Apa Phi bukan tempat aman bagi kamu lagi? Phi bukan safezone kamu lagi?"

Bahagia?

Senyum dan tawa?

Apa ini salahnya?

Salah dirinya yang terlalu bahagia melihat kesembuhan Barcode, hingga pemuda itu menyembunyikan?

Diam Jeff di dalam mobilnya lebih dari satu jam. Pria dua delapan itu mencoba untuk menenangkan dirinya. Mencerna dengan jernih apa yang sedang terjadi. Jeff tarik seatbelt, pedal gas Jeff pijak. Melaju mobil itu akhirnya dari kesunyian basement.

Jeff pergi ke Bandara dengan taksi setelah memarkirkan mobilnya di Studio. Konsernya masih panjang, Jeff tidak bisa mengabaikannya begitu saja.

Barcode?

Jeff tinggalkan pemuda itu. Membiarkannya puas dengan apa pun yang ingin dilakukannya.

"Sudah kembali?" Heran Khun Venus saat menjemput Jeff di Bandara tujuan. "Penerbangan kamu masih pukul empat pagi nanti, kenapa membeli tiket penerbangan baru?"

Kacamata hitam, hoodie, dan masker itu menutupi wajah sembab dan sendu Jeff. Pria itu hanya menyandar kepalanya di jok, lalu memejam mata.

"Jangan bilang kalian bertengkar, Jeff," Tembak Khun Venus. "Jauh saja mood kamu bisa tiba-tiba buruk, dan kalau kalian bertengkar—"

"Phi, aku lapar. Belum makan sejak tadi sore."

Menatap serius Khun Venus pada pria di jok belakang. "Kalian benar-benar bertengkar?"

"Barcode sedang pergi, aku enggak menemui siapa pun di apartemen atau rumahnya."

"Oh, karena itu kamu sangat lesu," kekeh Khun Venus.  Ia kembali duduk menghadap muka, jalan kosong menjadi satu-satunya pemandangan yang bisa Khun Venus lihat. "Salah kamu na, Jeff. Kenapa enggak tanya dulu dimana Nong. Bukan kamu yang membuat kejutan, tapi kamu yang Barcode kejutkan. Jeff, Jeff."

Tawa Khun Venus terdengar seperti jatuhnya kaca di telinga Jeff. Nyaring dan menyakitkan.

"Barcode menjadi sangat nakal."

"Hah? Hahaha. Jangan menyalahkan Nong na."

"Daripada nakal, Little President sangat manis na, Mr. President," komentar Khun Bodyguard yang menjadi sopir sementara Jeff.

"Kha. Aku setuju, Khun!"

Jeff tidak menimpali. Bahunya merosot hingga bokongnya maju ke depan. Jeff tatap remang cahaya lampu jalan yang silih berganti. Iya, kekasihnya sangat manis. Itu juga yang masih melekat dalam pandangan Jeff. Riang tawa itu menggema samar di telinganya, memanggil namanya dengan manja dan lembut. Wajah merengut sebal dengan bibir mencebik itu memancing bibir Jeff untuk naik. Namun, luntur dengan cepat kala pria muda itu berkata ia sangat menyukai vodka.

The Voice | JeffBarcode [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang