BAGIAN 25 : Love me, is loving you

977 33 51
                                    

Jeff tidak pernah merasa kenyang selama dua minggu terakhir ini, selain pada hari ini. Pria dua delapan itu bersandar dengan perut yang penuh hingga rasanya ingin pingsan. Barcode bersikukuh dia tidak akan makan, dan Jeff harus bertanggungjawab dengan makanan yang sudah dipesannya. Meski begitu, tetap saja Jeff tidak bisa menandaskan semua makanan itu.

"Barcode ...." Lemah Jeff memanggil kekasihnya dengan begitu pasrah memohon.

Mengembus napas sang pemuda, iba juga dirinya melihat sang kekasih yang bukannya bertenaga selepas makan tapi malah terlihat lemas. "Maafkan aku," tutur Barcode seraya mengusap perut Jeff. Pria dua delapan itu memejam mata karena rasa tidak nyaman.

"Ah ... Phi rasa harus dikeluarkan sebagian."

"Phi Jeff ingin muntah?"

"Enggak na." Jeff memiringkan tubuhnya hingga membelakangi Barcode. "Tolong pijat punggung Phi. Rasanya sedikit sakit."

"Phi Jeff ... Maafkan aku."

"Tenang na. Sebentar lagi akan membaik."

Merengut dengan sedih wajah Barcode. Ia terus memijat punggung Jeff, lalu mengusap-usapnya. "Aku akan cari minyak kayu putih. Sebentar na."

"Enggak apa-apa na, Code."

Seperti dirinya tadi yang enggan makan, kini Barcode pun bersikukuh mencari minyak kayu putih. Pemuda itu keluar kamar dan mengetuk kembali kamar yang salah ia sambangi.

"Nong?"

"Phi, apa Phi ada minyak kayu putih atau obat untuk sakit perut karena terlalu banyak makan?"

"Hah?" Manajer Sunny itu tentu bingung. "Kamu baik-baik saja? Sakit perut?"

Barcode menggeleng kepalanya. "Phi Jeff terlalu banyak makan karena aku memintanya untuk menghabiskan makanan, sekarang perut Phi Jeff enggak nyaman dan punggungnya sakit."

"Phi akan cari sebentar. Masuk dulu na, Nong."

Pemuda itu mengangguk, ikut dirinya ke dalam kamar hotel Sunny. Pemuda itu berdiri tidak jauh dari pintu, menunggu Manajer Sunny mencari apa yang dibutuhkannya.

"Phi ... Barcode?"

"Hai."

"Apa Phi baik-baik saja? Phi terlihat cemas."

"Jeff sakit perut," timpal Manajernya. "Barcode meminta minyak kayu putih dan obat lambung. Di mana kamu menyimpannya?"

"Oh, Phi Jeff ...." Gumam Sunny. Hal itu membuat alis Barcode hampir menyatu,"Iya, Phi Jeff. Ada apa?" Tanya Barcode.

Sunny menggeleng kepala sambil tersenyum kikuk. "Sejak selesai syuting di Korea, aku jarang melihat Phi Jeff dan Phi Barcode bersama na. Kalian enggak memposting apa pun."

"Enggak semuanya harus diposting di sosial media," tegas Barcode. "Aku dan Phi Jeff juga butuh privasi."

"Kha," timpal Sunny menyetujui. Anehnya perempuan itu tidak sama sekali tersinggung dengan perkataan Barcode yang terdengar sinis. "Apa Phi Barcode dan Phi Jeff ada pekerjaan di Chiang Mai?" Manajernya masih belum menemukan apa yang Barcode pinta. "Phi kha, obat lambungku ada di dalam tas make up na. Minyak kayu putihnya ...." Berpikir Sunny seraya mengedarkan pandang. Pandangannya jatuh pada koper yang terbuka asal. Perempuan itu berjongkok dan merogoh dalam kopernya. "Ini," katanya seraya menyodorkan sebotol minyak kayu putih kepada Manajernya.

"Aku ada. Phi Jeff ...." Barcode yang dasarnya kurang menyukai Sunny itu sesumbar dengan bangga. "Phi Jeff mencuri waktu untuk bertemu denganku. Dia enggak ada pekerjaan di sini."

The Voice | JeffBarcode [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang