BAGIAN 35 : Unsweetened Sugar

724 42 74
                                    

Jeff mengendurkan pelukannya. Ia sibak rambut basah yang jatuh di kening Barcode. Maniknya menatap setiap inci wajah sang kekasih, jatuh pada bibir ranum yang pucat digores luka. Sesak dada Jeff, saat ingat bagaimana pria mudanya tersungkur kepala di atas sofa. Jeff usap pelan luka di sudut bibir Barcode. Lembut, Jeff jatuhkan kecupannya di sana. Barcode memejam mata, air mata menetes deras terbawa air shower. Perih luka di bibirnya tidaklah seberapa dibandingkan goresan luka dalam jiwanya. Isaknya kembali pecah bahkan sebelum Jeff menarik bibirnya.

Enggak apa-apa na, semuanya akan baik-baik saja. Semua itu enggak berarti. Lupakan na, Code.

Sungguh, pria dua delapan itu tidak bisa mengatakan apa pun yang ia pikirkan. Jeff tahu, Barcode tidak baik-baik saja dan ini bukan hal sederhana yang bisa dianggap angin lalu. Melupakannya, bahkan terkesan mustahil.

Jeff mencium kening Barcode begitu lama, lalu melepaskan pelukannya. "Cium aku lagi," kata Barcode tiba-tiba. Suaranya serak dan bergetar, maniknya yang merah menyirat kecemasan yang nyata. Jeff terdiam, ia mencoba memahami kekasihnya.

"Aku mohon," lirih suara Barcode. "Aku mohon, cium aku. Cium aku lagi, Phi Jeff."

Pria dua delapan itu menggeleng kepalanya. Bibir pemuda itu terluka, Jeff tidak ingin memperparah lukanya.

"Aku mohon."

Jeff menelan salivanya keras. Ia peluk kekasihnya dengan begitu erat, lalu mencium bibirnya. Ciuman dalam dan lembut, hangat dan menyakitkan.

"Lagi." Bibir pucat yang bergetar itu memohon dengan sangat menyedihkan kala Jeff menarik pagutan bibirnya. Barcode tanggalkan pakaiannya sendiri, membiarkan air shower membasahi tubuhnya tanpa satu pun penghalang.

"Cium aku," mohon Barcode. Ia ambil tangan Jeff, lalu ia letakkan di atas dadanya, "Sentuh aku, aku mohon."

Sendu, cemas, sedih, kesal, Jeff tidak bisa menggambarkan apa pun yang ia rasakan. Matanya basah, suaranya tipis tak terdengar, "Code ...."

Barcode membawa tangan Jeff menyapu tubuhnya, hingga ke atas bokongnya. Ia memaksa pria dua delapan itu meremasnya. Barcode dengan keras mencium bibir Jeff, mencumbunya, mengisap, dan memainkan lidahnya di sana. Pria dua delapan itu hanya diam, tidak membalasnya karena rasa karat begitu kuat menyapa pengecapnya.

"AAAH!" Tangis Barcode pecah bersamaan dengan teriakan yang menyesakan dada. Jatuh tubuh itu duduk di atas lantai yang basah. "AAAAHH!" Barcode mengacak rambutnya sendiri, memukul pinggang dan bokongnya. "Phi Jeff aku enggak berkhianat! Aku enggak ingin melakukannya ... aku enggak ingin melakukannya ...."

Rahang Jeff keras dan kaku. Giginya menggigit keras rongga yang kosong. Air matanya menetes tanpa henti, Jeff hentikan tangan Barcode yang hilang kendali.

"Barcode, Phi mohon. Berhenti."

"Aaa!!" Barcode masih berusaha menyakiti dirinya. "Aku enggak ingin melakukannya," isak Barcode tersendat-sendat. Tangannya melemas, lalu melingkar leher Jeff dengan erat saat pria itu berhasil memeluknya. "Aku enggak berkhianat, Phi Jeff ... Jangan tinggalkan aku. Aku mohon."

Jeff mengangguk cepat. Ia seka darah di bibir pucat yang pecah-pecah. Diciuminya wajah Barcode sampai pemuda itu berhenti meracau bahwa Jeff akan meninggalkan dirinya karena ia berkhianat. Pria dua delapan pun memandikan Barcode, secara menyeluruh. Setiap inci tubuh kekasihnya benar-benar ia bersihkan. Kening Jeff mengerut tebal saat Barcode menampik tangannya untuk membersihkan dubur.

"Aku enggak ingin melakukannya, Phi Jeff. Aku enggak ingin ...."

"Biarkan Phi membersihkannya na ...?"

The Voice | JeffBarcode [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang