7. Membenarkan✔️

306 50 4
                                    

Tandai kalo ada typo

Tandai kalo ada typo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy Reading..

***

Sepulang sekolah, Gavy dan Faizan tidak pulang dulu. Mereka mempunyai urusan masing-masing. Berbeda dengan Razzen, Sakya, Raymond dan Adnan yang saat ini tengah berada di basecamp tempat biasa mereka berkumpul.

Seperti biasa, mereka akan menghabiskan malam minggunya untuk kumpul bersama. 

"Woi!! gimana kalo malam ini kita ngadain bakar-bakaran?!" saran Sakya dengan kedua jempolnya yang di acungkan.

"Bakar rumah lo, kayaknya seru, Sak," timpal Raymond.

"Boleh juga. Abis rumah gue lo bakar, rumah lo buat gue," balas sakya dengan senyum jahilnya.

Raymond tidak bisa menjawab. Mereka yang ada di sana mentertawakan Raymond yang sekarang tengah terpojok kan.

"Gas kita bakar-bakar. Tapi kita tunggu Gavy sama Faizan dulu," ucap Razzen sambil menyalakan batang rokoknya.

"Ah lo mah, nyebat gak ngajak-ngajak!" serobot Adnan sembari menyenggol tangan Razzen.

"Mau?" tanya Razzen melemparkan satu bungkus rokok ke arah Adnan yang dengan sigap menangkapnya.

"Rokok doang, Zen? Kopinya kagak?"

"Bangsat! Lo dikasih hati minta jantung Nan," seloroh Raymond menoyor kepala Adnan.

***

Saat ini, Gavy dan Esha sedang berada di ruang musik. Tidak ada orang lagi di sana selain mereka berdua.

Selama beberapa waktu mereka diam membisu. Kini Esha memberanikan diri mengangkat dagunya untuk melihat Gavy. "Latihannya mulai dari mana?" tanya Esha.

"Gue gak bakal ngebebanin lo. Lo latihan sesuai kemampuan yang lo punya. Selebihnya gue bakal lengkapin," jawab Gavy.

Esha mengangguk paham. "Lo bisa main gitar?" tanya Esha kembali memastikan.

"Bisa," jawab Gavy mengiakan.

"Oke. Gimana kalo konsepnya gue yang nyanyi dan lo main gitar, Vy?"

"Boleh juga. Sekarang latihannya agak cepet ya, Sha. kali ini gue gak punya banyak waktu," Gavy melangkah ke arah tempat di mana gitar berada.

Kini, mereka duduk bersebelahan dengan sebuah gitar di pangkuan Gavy.
Petikan gitar yang mengalun indah dengan paduan suara Esha yang merdu itu mulai terdengar. Keduanya menikmati suasana hangat yang mereka ciptakan.

Setelah tiga puluh menit lamanya, mereka akhirnya selesai dengan latihannya.

Beberapa menit kemudian, Gavy teringat sesuatu. Tanpa basa basi, Gavy langsung bangkit berniat untuk pergi. Namun...

Nimbostratus || Garavy [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang