47.Origami

138 10 3
                                    

"Kondisi lampu mati itu, gak nyata, ya?" -SAKYA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kondisi lampu mati itu, gak nyata, ya?"
-SAKYA

***

HAPPY READING!!

***

Gavy telah sampai di gerbang rumah berlantai dua. Rumah yang selalu sepi dan gelap, tidak ada cahaya yang memancarkan kebahagiaan di sana. Kalau boleh jujur, Gavy merindukan suasa rumahnya yang dulu, Ervan yang selalu menasihatinya tentang kehidupan, dan Ellin yang selalu menjadi alasan hidup kedua laki-laki di rumah itu.

Gavy masih setia berdiri mematung di depan pintu rumahnya. Pikirannya kacau. Suasana yang sangat Gavy benci adalah ketika mengingat jika dirinya hanya tinggal seorang diri di rumah itu. Dan sangat sulit bagi Gavy untuk menerima kenyataan pahit kalau Ervan, sang Papa telah pergi dari Dunia untuk selamanya.

Gavy menghela napas berat lalu membuka pintu rumah dengan pelan. Penglihatan cowok itu tertuju ke arah ruang kerja Ervan. Dia mengucek matanya dengan cepat, lalu menatap kembali ruangan itu.

"Papa?" panggil Gavy. Cowok itu melihat pria yang sangat dia rindukan. Entah itu halusinasi atau nyata, Gavy benar-benar melihat sosok Papa-nya memasuki ruang kerja itu.

Dengan mata yang berkaca-kaca dan seragam sekolah yang masih lengkap, Gavy berlari ke arah ruangan yang sedikit terbuka itu. Suasana baru tercipta saat dia memasuki ruangan, hal itu membuat Gavy merasa sedikit tegang. Kekecewaan mulai menguasai hatinya ketika dia tidak menemukan Ervan di sana. Namun, sebuah figura yang tadinya berada di meja, kini sudah tergeletak di lantai.

Air mata Gavy meluruh begitu saja saat melihat figura foto keluarganya yang jatuh. Dia berjongkok lalu tersenyum hambar ketika mengetahui kaca figura itu pecah di bagian kedua orang tuanya.

"Jangan buat Ervin takut, Ma..." gumam cowok itu.

"Tuhan udah ambil Papa, Zayden udah ambil Esha. Jadi tolong... Mama sembuh buat Gavy." Cowok itu meluruh ke lantai dengan tas sekolahnya yang sudah terlepas.

"Anak bujang saya pasti bisa." Gavy menoleh ke kanan dan ke kiri saat mendengar suara samar itu. Tangis Gavy pecah saat melihat Ervan yang sedang berdiri di ambang pintu.

"Pa..," lirih Gavy.

"Hm, bertahan Vin... sebentar lagi," ucap sosok itu sebelum menghilang.

"PAPA!!" teriak Gavy dengan tangisan yang begitu pedih saat dia melihat bayangan Ervan kembali tidak terlihat.

Gavy kembali menatap figura foto itu dan memeluknya dengan erat. "Tolong kembali, Ervin kangen omelan Papa. Ervin serasa kehilangan arah setelah bibir yang selalu nasehatin Ervin soal kehidupan itu tertutup rapat," ucap Gavy dengan tangisan yang tidak berhenti.

Kepribadian Gavy sekarang banyak berubah. Jika dulu cowok itu jarang, bahkan hampir tidak pernah menangis, tetapi berbeda dengan sekarang. Hal-hal yang selalu membuatnya lelah itu dapat berubah menjadi butiran air mata.

Nimbostratus || Garavy [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang