50. Merasa Bersalah

262 13 9
                                    

Selalu hargai penulis dengan folllow, vote & komen, yaw!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Selalu hargai penulis dengan folllow, vote & komen, yaw!!

Happy reading!!

***

Esha berlari cepat di lorong rumah sakit diikuti oleh Zayden di belakangnya. Raut wajahnya kini hanya menampakan kepanikan. Dia takut terjadi sesuatu yang tidak diinginkan kepada Gavy.

"Sha, jangan lari," peringat Zayden sambil berusaha menyamakan langkahnya dengan Esha.

Esha tidak mendengarkan apa kata Zayden. Justru dia mempercepat langkahnya berharap cepat sampai di depan ruang IGD.

Sesampainya di sana, Esha mematung dengan jarak yang lumayan dekat dengan Razzen. Dia melihat ada keempat sahabat Gavy, Bara, serta seorang wanita yang sedang menangis di dekapan Bara.

"Gimana keadaan Gavy...., Zen?" tanya Esha dengan suara yang bergetar.

"Masih ditangani sama dokter, Sha," jawab Razzen pelan.

Esha kembali melirik wanita di sebelahnya. Siapa dia?

"Sha..., nggak cuman Gavy yang kecelakaan, tapi Faizan juga..." ucap Razzen seakan-akan bisa membaca pikiran Esha. "Dia.. Bunda nya Faizan," sambungnya.

Setelah mendengar itu, tiba-tiba saja Esha menghampiri Luna. Cewek itu melihat jelas kecemasan yang menguasai wanita itu. Tatapan keduanya bertemu, sorot mata yang sama-sama memancarkan harapan yang besar.

"Tante..., yang sabar, ya?" Esha mencoba menguatkan Luna. Kini, wanita itu beralih memeluk Esha dengan erat.

Satu tetes air mata lolos dari pelupuk mata Esha. Dengan ragu, dia membalas pelukan Luna tidak kalah erat. "Mereka pasti selamat, dan nggak bakal kenapa-napa."

Zayden membiarkan Esha untuk saling menguatkan dengan Luna. Dia menghampiri Razzen, Sakya, Raymond, dan Adnan yang sedang duduk di lantai yang dingin dengan pandangan yang menerawang ke depan. Sakya langsung tersadar ketika menyadari Zayden menghampirinya.

"Kenapa ini bisa terjadi, Sak?" tanya Zayden kepada Sakya.

Sakya menggeleng lemah. "Gue nggak tau, semuanya terjadi begitu cepat, Bang..." balas Sakya.

Keempat cowok itu tidak akan pernah melupakan kejadian hari ini. Memang, semuanya terjadi begitu cepat hingga mereka tidak sempat bahagia karena telah selesai melaksanakan ujian akhir sekolahnya. Bisa saja.., mereka trauma dengan kejadian ini atau mereka menganggap tidak ada saja hari terakhir ujian ini.

Sakya menyesal. Kalau saja waktu bisa diulang kembali, mungkin dia bakal berusaha melerai kedua sahabatnya dan mencegah keduanya kejar-kejaran.

Zayden mengangguk mengerti. Pandangan dia beralih menatap Bara yang sedang berdiri mematung. Dia melirik Razzen seolah-olah meminta jawaban. Razzen menggeleng tanda tidak tahu.

Nimbostratus || Garavy [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang