Kalau ada typo tandain!
Happy Reading
***
"Lakukan yang terbaik."
Gavy mengangguk pelan dan beralih menatap Esha. Hari ini tanggal 21, dimana pentas seni itu digelar. Ada empat belas sekolah yang ikut serta dalam pentas seni itu.
Gavy menatap punggung Pak Angga yang kian menjauh. Dia berjalan menghampiri Esha yang sedari tadi hanya diam. "Kenapa?" tanya Gavy kepada Esha.
Gavy mengambil gitarnya yang dia simpan di sebuah kursi lalu kembali menghampiri Esha. Cowok itu yakin kalau Esha saat ini sedang gugup. Bisa dilihat dari mimik wajahnya.
"Sha?.. You okay?" tanya Gavy. Dia meraih tangan cewek itu dengan sebelah tangannya. "Dingin,"
"Gue takut, Vy... Takut nggak bisa nampilin yang terbaik," jawab Esha dengan nada yang lirih. "Gue sebelumnya nggak pernah tampil di hadapan banyak orang. Gue takut... "
Gavy menatap Esha dalam. "Lo harus yakin bisa, jangan nyerah sebelum mencoba. Lo tenang, ada gue di sini bareng lo." Gavy mengeratkan genggaman tangannya dengan Esha.
"Kita temuin anak-anak yang lain dulu sebelun kita ke belakang panggung." Esha menganggukkan kepalanya mengiyakan ajakan Gavy.
Kedua remaja itu pergi meninggalkan ruangan khusus untuk peserta Sma Yasti. Mereka berdua berjalan sampai di parkiran yang terdapat sahabat-sahabat mereka di sana.
"Wih! Cakep amat pren gue," puji Faizan saat melihat Gavy.
"Jelas harus cakep, biar menang," sahut Adnan yang masih berada di motornya.
Esha celingak-celinguk mengintari sekitar. Dia mencari kebaradaan kedua sahabatnya di sana, namun dia tidak menamukan batang hidungnya sama sekali.
"Ara sama Vina nggak ke sini?" tanya Esha sambil menatap Faizan.
"Oh! Mereka lagi nyari warung. Paling sebentar lagi juga balik," jawab Faizan.
Esha menganggukkan kepalanya. Benar saja, tidak lama dia mendengar suara milik Ara yang memanggilnya. Dia menoleh dan langsung tersenyum senang. "Gue kira kalian gak bakal datang," Esha berkata dengan nada pelan.
Vina merangkul pundak sahabatnya sambil tersenyum ke arah Esha. "Yakali kita nggak datang. Rugi dong!"
Gavy tersenyum tipis mendengar itu. "Sahabat lo kasih semangat. Dari tadi dia gugup sampe tangannya aja dingin kayak kutub," ucapnya sambil melirik Esha.
"Gak usah gugup dong, Sha. Lo harus pede, dan harus buktiin ke semua orang kalau lo mampu." Ara menghampiri Esha dan mengusap punggung tangan sahabatnya itu.
"Gue bakal lakuin yang terbaik." Esha mengangguk dengan penuh keyakinan.
Adnan turun dari motornya menghampiri Gavy. "Gav, mana gitar lo biar gue setting dulu,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Nimbostratus || Garavy [SUDAH TERBIT]
Teen Fiction"Dan kalo lo suka matahari, gue bakal jadi awan putih yang berada di bawah sinar matahari." -Ervin Garavy Albirru. Awan yang mendung dan sering mengeluarkan hujan, yaitu awan yang tidak pernah cerah. Nimbostratus, awan berwarna kelabu gelap yang t...