12. Terulang

302 42 0
                                    

Jangan lupa Follow, komen dan vote ya gayss!

Jangan lupa Follow, komen dan vote ya gayss!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy Reading...

***

Sepulang sekolah, Esha asyik berjemur di bawah sinar matahari yang terik. Cewek itu duduk di kursi taman dekat sekolahnya ditemani sebuah notebook di tangannya. Cewek itu tersenyum karena dia merasakan hangatnya sinar yang setiap hari menyaksikan perjalanan hidupnya.

Menurut Esha, matahari itu hangat dan bisa mendampingi dia yang merasa kesepian. Matahari adalah teman sekaligus obat yang berhasil menyembuhkan luka.

Hidup terus berjalan. Sama seperti sinar matahari yang selalu datang setiap pagi, menyiratkan kegembiraan dan harapan baru.

Esha membuka buku kecil di tangannya dan terlihat dia sedang sibuk menuliskan semua yang ada di dalam hatinya.

Sejak kejadian itu, aku tidak lagi percaya dengan orang yang berjanji akan terus bersama. Setelah mama dan papah janji tidak akan pernah ninggalin aku. Namun aku tersakiti dengan janji itu. Memang benar, Tidak ada janji yang pasti selain matahari terbit di pagi hari.

Jika tak ada yang memberi aku semangat saat aku sedang lelah. Maka aku yang memberi semangat pada diri aku sendiri, tidak perlu mencari orang lain untuk menyemangati ku.

Esha menghirup napas dalam seraya mendongakkan kepalanya menatap langit. Setelah puas, Esha menutup buku berukuran kecil itu memasukkan kembali ke dalam tas sekolah miliknya.

Lima belas menit berlalu, kini Esha memutuskan untuk pulang. Dia bangkit dari duduknya seraya menggendong tas berwarna coklat itu. Cewek itu menghentikan kegiatannya ketika mendengar suara seseorang dari belakang. Dia membalikkan badannya untuk melihat siapa pemilik suara itu.

"Esha? Ngapain kamu di sini, sayang?"

Hana, istri paman dari kakak ayahnya, pemilik suara itu. Perempuan itu melangkah mendekat ke arah Esha. "Kenapa belum pulang? Udah mau sore loh,"

Esha tersenyum tipis. "Tante? Tante sama siapa ke sini?"

"Om sama tante sengaja ambil cuti, sayang. Sementara kita bakal tinggal bareng kamu. Gak papa kan?" jelas Hana mengusap puncak kepala Esha.

"Nggak kok, tante. Malahan Esha seneng jadi nggak kesepian lagi,"

"Setelah kepergian mama sama papa, Esha di rumah merasa kesepian. Makanya Esha lebih milih berlama-lama di luar karena ramai ditemenin oleh sinar matahari."

Nada bicara Esha sukses membuat hati Hana tersentil. Tidak lama, Hana langsung menarik Esha ke dalam pelukannya. Pelukan itu begitu hangat, sudah lama Esha tidak merasakan itu. Terakhir adalah ketika mamanya berpamitan akan pergi keluar kota mengurus bisnis pekerjaannya. Tidak menduga jika itu adalah pelukan terakhir yang mamanya berikan kepada Esha.

Nimbostratus || Garavy [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang