33. Lelah

336 20 0
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Dua hari sudah berlalu, kini Gavy sudah melakukan aktivitas seperti biasanya. Seperti pagi ini, dia sudah siap dengan seragam sekolahnya. Cowok itu berinisiatif untuk menjemput mataharinya, namun hal itu tidak jadi dia lakukan akibat Esha menolaknya dengan alasan tertentu.

Gavy memarkirkan motornya di parkiran sekolah. Sebelum turun, cowok itu melihat ke arah sahabat-sahabatnya terlebih dahulu. Setelah dirasa semuanya sudah lengkap, Gavy turun dari motornya.

"Udah pada sarapan?" Gavy bertanya kepada sahabatnya, lalu dibalas dengan gelengan kepala oleh mereka.

"Sarapan dulu lo pada. Siapin kekuatan buat gelut sama pelajaran," suruh Gavy.

"Nanti aja Gav, waktu istirahat," sahut Razzen sembari membenarkan dasi yang melingkar di lehernya.

Gavy mengangguk. "Lo semua duluan, gue ada urusan bentar," ucap Gavy, membuat sahabatnya itu terheran-heran.

"Urusan apa, Gav?" tanya Faizan penasaran.

"Prayvesi jigeum,"

"Dih, sok sibuk lo," cibir Sakya menyipitkan matanya.

"Ya udah kalau gitu, gue sama Adnan mau nyapa dulu pacar nih," ucap Raymond merangkul pundak Adnan.

Adnan mengacungkan kedua ibu jarinya kepada Gavy. "Nanti gue sisain buat lo pada,"

"Gue nggak mau bekasan," sarkas Razzen.

"Alah Zen, cuman jadi bahan gabut doang. Kalau soal serius gue usah punya si eneng geulis," balas Raymond menepuk-nepuk dadanya bangga.

"Lo berdua nggak takut dapat karma?" Faizan menatap Adnan dan Raymond dengan tatapan tidak suka.

Raymond dan Adnan menggeleng, mereka pergi meninggalkan keempat sahabatnya dengan berlari kecil. Sakya dan Gavy menggeleng-gelengkan kepalanya menanggapi tingkah dua insan itu.

"Nggak ada lagi, Gav? Kita cabut duluan." putus Razzen.

"Hm." Gavy hanya membalasnya dengan deheman.

Gavy berjalan di koridor munuju rooftop sekolah dengan tangan yang dimasukkan ke saku celana. Karena waktu masih terbilang cukup lama menuju bel masuk, cowok itu berniat untuk menghirup udara segar pagi ini.

Masih bisa dikatakan sebentar dia berada di sana, namun ada hal yang mengalihkan perhatiannya. Dia menatap ke bawah dengan keningnya yang mengerut.

"Jadi ini alasannya, Sha?,"

Iya. Gavy melihat Esha yang turun dari motor milik Zayden.

"Gue rasa, lo sama Zayden punya buhungan serius, Sha, yang lebih dari sekedar teman," ucap cowok itu pelan.

"Pikiran gue jadi berubah-ubah buat resmiin hubungan kita."

Gavy menatap cemburu. Cewek itu nampak ceria ketika bersama Zayden. Senyuman yang terus terukir dari bibir indahnya, membuat Gavy iri dengan Zayden yang bisa melihat senyuman itu secara langsung.

Nimbostratus || Garavy [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang