44. Jati diri yang sebenarnya

185 14 2
                                    


Jadi jangan susah buat pencet vote😭

"Gue nggak mengeluh, ataupun menyalahkan takdir, tapi kenapa kisah gue nggak seindah anak-anak lain

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gue nggak mengeluh, ataupun menyalahkan takdir, tapi kenapa kisah gue nggak seindah anak-anak lain."
-Gavy

🐧🐧

HAPPY READING!!

🐧🌟

***

"ADNAN! RAYMOND!"

Faizan turun dari motornya seraya langsung berlari ke dalam basecamp dan memanggil kedua sahabatnya. Biasanya kalau sudah sore seperti ini, sahabat-sahabatnya selalu menghabiskan waktu untuk menyaksikan matahari tenggelam di rooftop

Faizan terkejut. Cowok itu melihat ruang tengah yang berantakan dengan bungkus snack di mana-mana.

"GUE BUNUH HEWAN ITU SEKARANG JUGA, KALAU LO MASIH NGERJAIN GUE!!"

Faizan langsung berlari ke arah sumber suara. Dia memelankan langkahnya ketika hendak sampai di rooftop. Alisnya mengangkat saat melihat Sakya yang sedang berdiri jauh dari Adnan dan Raymond.

Adnan dan Raymond tertawa melihat Sakya yang tersiksa. Adnan mengelus kepala Leover yang berada di pangkuannya itu dengan gemas. Hewan itu dipakaikan baju serba hitam, karena Razzen bilang 'biar mendominasi cowok'.

Faizan berjalan mendekati kedua sahabatnya yang sedang duduk di sebuah kursi panjang dengan meja kecil di hadapannya.

"Razzen-nya ke mana?" tanya Faizan seraya ikut duduk di samping Raymond.

"Ke mana lagi kalau bukan rapat osis," ucap Raymond.

"Tumben lo mau ngasuh anaknya si Razzen. Biasanya juga lo selalu gelut sama tuh hewan," seloroh Faizan.

"Satu jeti bagi dua," jawab Raymond dengan senyuman menggodanya.

Cowok itu ber-oh ria sambil mengangguk. Dia menoleh ke arah Sakya yang masih terdiam dengan gelas berisi kopi di tangannya. "Sak, sini lah. Lo ngapain di sana?" panggil Faizan.

"Lo pura-pura nggak tau atau bego. Udah tau gue alergi bulu kucing," balas Sakya dengan wajah yang kesal.

Faizan memutarkan bola matanya malas. Cowok itu merogoh saku jaketnya untuk mengambil sesuatu.

"Ambil, masih baru," Faizan melemparkan satu bungkus masker duckbill ke arah Sakya. Ya, Faizan selalu membawa masker saat bepergian menggunakan motor.

Mau tidak mau Sakya menerima masker itu dan memakainya. Alhasil, Sakya ikut bergabung dan berbincang dengan yang lainnya menggunakan menutup hidung dan mulut itu. Sesekali Adnan mengerjai sahabatnya dengan meletakkan kucing itu di samping Sakya.

Nimbostratus || Garavy [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang