20. Kebenaran

238 22 3
                                    

Haii Mettlly🎀
Update nih.

Jangan lupa vote dan komen yaww...

Happy Reading~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy Reading
~

~~

***

"Esha?"

"Haii, Vy!" sapa Esha melambaikan tangannya pada Gavy. Cowok itu pun membalasnya dengan senyuman tipis.

Ketiga cewek itu nampak mengenakan jaket pemberian Gavy. Jaket berwarna putih dengan plat abu.

"Ngapain lo bertiga kemari?" tanya Faizan.

"Kita tadinya mau ke caffe-nya Faizan. Tapi, kata pelayan di sana Faizan nya gak masuk. Yaudah kita di sana cuman sebentar," jawab Vina menjelaskan.

Tiga remaja cewek itu memang dari caffe tempat Faizan kerja. Mereka melewati area lapangan tersebut dengan penasaran, karena banyak sekali motor besar yang terparkir di sana. Karena penasaran, ketiganya mengintip sedang ada kegiatan apa di lapangan itu.

Mereka melihat ada dua orang yang sedang adu jotos. Esha panik melihat orang itu adalah Gavy. Ara mempunyai sebuah ide untuk memisahkan perkelahian tersebut yaitu memutar suara sirine polisi dari sebuah aplikasi musik.

"Suara sirine?" tanya Faizan lagi.

"Ide Ara." Esha menunjuk sahabatnya itu sesekali menggodanya.

Faizan mendekat ke arah Ara. "Anak pinter," ucapnya sambil menepuk-nepuk puncak kepala Ara.

"MULAI!" teriak Razzen yang muak melihat tingkah kedua remaja itu.

"Gue gulung juga nih bumi," sarkas Raymond.

"Tapi lain kali lebih hati-hati, cantik. Jangan gegabah," kata Faizan semakin menjadi-jadi. Pipi Ara memanas seraya menahan senyuman di bibirnya.

"Aish, pipi lo Ra, merah." goda Esha menoel pipi Ara.

"Salting ni yee." Vina menaik turunkan alisnya.

"Dih, apaan si," sahut Ara sembari tersenyum.

"Khem," deham Gavy yang merasa terabaikan. Cowok itu menyeka darah yang mengalir di ujung bibirnya menggunakan bandana yang terikat di pergelangan tangan sebelah kiri.

Esha menoleh ke arah cowok itu. "Astaga, Vy! Gue hampir lupa sama lo," cerocos Esha menghampiri Gavy. "Lo, gak papa kan?" tanya Esha.

"Mata lo kayaknya bermasalah, Sha," celetuk Gavy.

"Ikut gue, Vy. Kita obatin luka yang ada di wajah lo," timpal Esha menarik tangan Gavy agar mengikutinya.

"Malah lanjut part dua anjir!" Adnan frustasi ketika melihat sahabat-sahabatnya yang bucin tidak tahu tempat.

Nimbostratus || Garavy [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang