27. Damai?

209 16 0
                                    

Jangan lupa vote+komen yaww

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa vote+komen yaww

***

Jantung yang berdebar kencang dan rasa sesak yang terus menyeruak di dadanya, ketika dia memasuki ruangan di mana ibu nya dirawat. Cowok itu berusaha menahan sesuatu yang hampir jatuh di pelupuk matanya ketika melihat tubuh Ellin yang terpasang beberapa alat medis. Dia menarik sebuah kursi ke arah brankar untuk dirinya duduki.

"Mah... Ervin datang buat jenguk mama ke sini...," Gavy meraih sebelah tangan Ellin, lalu menggenggamnya. Dingin, itulah yang dirasakan Gavy ketika menyentuh tangan ibu nya.

"Cepat bangun, mah... Ervin kasian liat mamah terus pake alat kayak gini...," lirih Gavy sambil terus menatap mesin monitor yang berbunyi.

Tidak lama, dia membuka qur'an kecil yang dibawanya, lalu membacakan ayat demi ayat. Sudah lebih sepuluh menit dia membaca alquran, sampai-sampai seorang dokter pun masuk untuk memberi tahu kalau waktu besuknya sudah habis. Akan tetapi, dokter itu tidak berani menghentikan Gavy yang sedang mengaji. Justru, dia malah tersenyum penuh arti.

Seperti ada yang memperhatikan, Gavy menyelesaikan satu ayat lalu menutup quran itu, dan dia segera menoleh ke arah belakang. "E-eh dok, saya sudah lebih, ya?" Gavy mengangguk ragu ke arah dokter itu.

"Tidak apa-apa, kalau mau dilanjut silahkan..." Dokter itu malah tersenyum menanggapi Gavy.

"Ah, sudah kok dok, kasian teman saya nunggu di luar," balas Gavy sambil menganggukkan kepalanya.

"Jangan bosan untuk mendoakan ibu-nya, ya?, doa terbaik adalah doa anak sholeh seperti kamu," ucap dokter itu.

Gavy mengangguk ragu. "Saya tidak akan pernah berhenti berdoa untuk orang tua saya, Dok," balas Gavy tersenyum tipis.

"Saya juga berdoa kepada tuhan untuk diri saya sendiri, agar kuat menghadapi semuanya," lanjutnya. Tatapan matanya kali ini terlihat sendu.

Dokter itu terdiam. Hati kecilnya tersentil dengan ucapan seorang remaja di hadapannya ini. "Kamu anak kuat,"

"Ya sudah dok, ijinin saya untuk pamitan dulu kepada ibu saya," Gavy menghembuskan napas berat. "Soalnya saya mau jalan sebentar."

"Silahkan." Dokter itu mempersilahkan Gavy.

***

Setelah memasukkan kembali ponsel Gavy ke dalam saku jaketnya. Faizan menolehkan kepalanya ke arah pintu ruangan yang terbuka. Faizan akhirnya menghembuskan napasnya lega ketika melihat Gavy yang keluar dari ruangan itu.

"Udah?" tanya Faizan pada Gavy.

Gavy mengangguk, kemudian mengambil jaketnya yang berada di atas kursi tanpa bicara.

Nimbostratus || Garavy [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang