28. Dua hal

244 14 0
                                    

Jangan lupa vote+komen yaww🎀🌻

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa vote+komen yaww
🎀🌻

***

Sepulang dari markas Defender, Gavy memutuskan untuk langsung pulang ke rumahnya, karena biasanya dia selalu menginap di apartemen Faizan dengan teman-temannya yang lain.

Gavy memasuki rumah dengan langkah lebarnya. Suasana baru tercipta dalam rumahnya. Ruang tengah yang selalu dijadikan tempat untuk keluarganya bercanda, kini hanya suasana sunyi yang tercipta. Cowok itu menghembuskan napas berat lalu dia berjalan menaiki tangga menuju kamarnya yang berada di lantai dua.

Gavy keluar dari kamar mandi dengan pakaian yang sudah dia ganti dengan kaos hitam polos dan celana pendek, serta rambutnya yang terlihat basah, menandakan bahwa cowok itu baru saja selesai mandi.

Gavy mulai melangkah menuju kursi yang berada di kamarnya. Dia menyandarkan punggungnya di kursi itu sembari memainkan ponselnya. Dia membuka situs google dan mengetik apa yang dia ingin telusuri.

Apakah sakit dada termasuk penyakit serius

Setelah menekan tombol search dia membaca informasi yang didapat. Dia semakin penasaran dengan apa yang dibacanya, kemudian dia mengetik lagi di halaman itu.

Gejala awal sakit jantung

Deg!

Napas cowok itu berhenti sebentar. Dia ketakutan. Informasi yang dia dapat itu semua tertuju pada Faizan.

"Pokoknya gue harus cek kondisi kesehatan lo!" Gavy mengacak rambutnya kasar. Dia langsung mencari nama sahabatnya di layar ponsel. Namun dia kalah cepat, Faizan yang duluan menghubunginya. Gavy tidak menunggu lama untuk mengangkat panggilan itu.

"Rumah sakit Bhayangkara sekarang, Faizan tadi pingsan di tempat kerja,"

Gavy mengerutkan keningnya bingung. "Ya," jawabnya, lalu mematikan sambungan telepon.

Dia langsung mengambil jaket dan menyambar kunci motornya yang berada di nakas. "Gue mohon jangan sekarang, Zan.."

***

Gavy mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi. Dinginnya suasana malam bisa Gavy rasakan saat ini. Cowok itu tidak berhenti mengumpat dalam hati karena dari tadi tidak menemukan tanda-tanda kalau dia akan segera tiba di lokasi tujuan.

Setelah memarkirkan motornya, Gavy berjalan dengan cepat di koridor rumah sakit. Rasa paniknya dia sembunyikan karena dia berpikir bahwa tidak akan terjadi apa-apa dengan sahabatnya. Pikiran-pikiran buruknya dia tepis jauh-jauh.

"Temannya Faizan? Gue rekan kerjanya," ucap cowok yang berada di depan Gavy itu.

"Iya, thanks ya!" balas Gavy.

"Dia maksain dirinya buat kerja, padahal gue liat wajahnya pucat banget tadi," jelas cowok yang diketahui namanya Arion itu.

"Dia emang batu," balas Gavy. "Tapi tengs udah bawa dia ke sini. Dia emang selalu ngerepotin," lanjut Gavy dengan kekehan kecil yang keluar dari mulutnya disusul oleh remaja cowok di depannya.

Nimbostratus || Garavy [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang