42. Makasih, dan Maaf

196 17 7
                                    

"Yang benar menurut orang lain, belum tentu menurut gue

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Yang benar menurut orang lain, belum tentu menurut gue." -Razzen

••

Happy Reading

***

Hari demi hari sudah berlalu. Gavy sedang duduk di kursi yang sekarang menjadi tempat pelariannya untuk mengisi waktu luang. Setiap malam, cowok itu selalu memanfaatkan waktunya untuk membaca buku dan mencari informasi tentang dunia menejemen bisnis.

Cowok itu berdiri dan berjalan menuju lemari es. Dia mengambil minuman kaleng dan kembali lagi ke ruang kerja mendiang papa-Nya. Perhatian Gavy teralihkan dengan suara dering di ponselnya berbunyi. Tanpa pikir panjang dia mengangkat telepon itu sambil bersandar di sandaran kursi.

"Hallo, Kek?" Gavy berbicara dengan orang di seberang sana.

"Hallo, Vin. Bagaimana kabar kamu?" ucap Arfa dari sambungan telepon.

"Ervin baik, kakek sendiri?"

"....."

"Ah- lebih baik kamu fokus dulu sama sekolah kamu, Vin. Kamu masih muda untuk itu. Kamu juga punya keinginan lain,"

"Tapi, Kek-"

"Kakek masih bisa menangani semuanya untuk saat ini. Selesain dulu pendidikan kamu di sma, setelah itu kakek nggak akan larang kamu."

"Ini semua murni kemauan Ervin,"

"Papa kamu, juga kakek, nggak nuntut kamu dari sekarang, Nak. Kamu pasti ingin menghabiskan masa muda kamu dengan teman-teman. Jadi lupain dulu soal itu, minggu depan kamu ujian akhir. Jangan lupa belajar,"

Arfa mematikan telepon sepihak. Gavy, cowok itu mematung dengan tatapan kosong. Yang tersemat dalam pikirannya saat ini adalah.... harus bagaimana dirinya sekarang?

Cowok itu terus berpikir. Dia membereskan buku-bukunya dan keluar dari ruangan itu, tidak lupa untuk menguncinya. Dia berlari kecil menaiki anak tangga yang membawanya ke lantai dua, di mana letak kamarnya berada. Setelah sampai di kamarnya, Gavy duduk di pinggiran kasur dan menyimpan minuman kalengnya di nakas.

"Benar apa yang dikatakan Opah, ujian akhir tidak lama lagi. Gue harus bisa dapatin nilai tinggi biar bisa masuk universitas negeri," ucap cowok itu pelan.

Gavy menghela napas panjang. Semilir angin malam yang masuk lewat jendela kamarnya menerpa permukaan kulit Gavy. Cowok itu menyambar jaket hitam kesayangannya juga kunci motor. Gavy menutup jendela dan berjalan ke luar rumahnya untuk menghampiri kuda besi yang terparkir di garasi.

***

Setelah kurang lebih lima belas menit mengendarai motornya, Gavy berhenti di sebuah toko buku yang lumayan besar. Cowok itu terdiam sejenak lalu menuruni motornya. Langkah lebarnya kini memasuki toko itu dengan kedua tangan yang di masukkan ke dalam saku celana.

Nimbostratus || Garavy [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang