39. Berjuang bersama

306 18 3
                                    

"Manusia tidak harus, dan tidak bisa selalu kuat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Manusia tidak harus, dan tidak bisa selalu kuat." -Faizan Jupiter

~🐧

Happy Reading!

***

Tidak terasa, sudah satu minggu berlalu. Dua remaja cowok yang duduk di sebuah halte itu saling diam tidak ada yang membuka suara. Faizan, cowok itu yang telah membuat Gavy diam tanpa berkata-kata, dia sudah mengira kalau sahabatnya itu pasti sedang marah kepadanya.

"Kenapa lo ngomong seenaknya?"

Faizan menelan ludahnya susah payah. Cowok itu berusaha menjelaskan alasan kenapa akhir-akhir ini dia jarang sekali berkumpul dengan sahabatnya.

"Ini berhubungan sama keluarga gue, Gav." jawab Faizan seraya mengalihkan pandangannya dari wajah sahabatnya.

Gavy menghela napas berat lalu bersedekap sambil memutar bola matanya malas. "Alasan lo nggak pergi kontrol?" ucap Gavy.

"Gue nggak masalah kalau lo nggak sering kumpul, gue ngerti, tapi gue marah kalau lo lupa dengan penyakit lo!" sambungnya dengan nada yang memelas.

Faizan memandang sahabatnya itu dengan wajah sayunya. Hatinya menghangat ketika mendengar kalimat yang dikatakan Gavy. "Gue bisa kontrol bulan depan," ujarnya sambil memaksakan tersenyum.

"Iya oke. Nanti lo skakmat lagi di pinggir jalan, nyusahin orang!" kesal Gavy.

"Lo anggap gue lemah, Gav?" tanya Faizan.

Gavy tersenyum remeh. "Lo kira gue nggak tau? Lo hampir mati di pinggir jalan kalau Ara nggak nolong lo!" Gavy mengeratkan giginya untuk menahan amarah yang menguasai dadanya.

Faizan terdiam. Dia berpikir dari mana Gavy tau tentang hal itu? Apakah Ara memberitahunya? Tetapi bukan itu yang dia takutkan, melainkan taruhannya dengan Bara.

"Lo kalau lagi kesusahan hubungin gue! Jangan seolah-olah lo bisa mengatasi semuanya sendirian.

"Lo lagi nyari nyokap lo kan? Gue bakal bantu lo," sambungnya. Cowok itu menatap Faizan datar. Meski sedikit kecewa kepada sahabatnya karena dia menyembunyikan suatu hal hingga cowok lupa dengan jadwal cek kesehatannya. Akan tetapi, Gavy merasa iba kepada cowok itu. Penampilannya yang saat ini jauh dari kata rapi, dan badannya yang sedikit kurus.

Faizan menundukkan kepala menahan sesuatu yang hampir jatuh dari pelupuk matanya. Cowok itu hanya diam menatap sepatunya seraya terus mengedip-ngedipkan matanya. Apakah yang dilakukannya kali ini salah? Kenapa dia selalu merasa salah di mata orang lain. Semua yang dilakukannya mempunyai alasan tertentu. Faizan tidak ingin merepotkan Gavy, yang sahabatnya itu pun pasti memiliki dunianya tersendiri yang tidak jauh seperti kehidupannya, berantakan.

"Gav, lo jangan mikirin gue terus. Gue bisa urus kehidupan gue sendiri. Lo juga punya dunia yang harus lo susun," papar Faizan.

Gavy menghirup napasnya dalam lalu membuangnya secara perlahan. Cowok itu menatap mata Faizan dengan lamat. "Maka dari itu, kita susun rumah kita bareng-bareng, melangkah bareng, dan setelahnya bahagia bareng. Lo mau itu kan?"

Nimbostratus || Garavy [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang