Chapt 79

5.7K 532 123
                                    

Happy Reading!

-


Hari semakin sore Lisa juga sudah menghabiskan empat batang rokok sambil berbincang banyak hal dengan para pria yang duduk diluar rumah bersamanya.

Sadar akan hari yang semakin gelap Lisa melirik jam tangannya sekilas, dan ternyata ia sudah menghabiskan waktu kurang lebih dua jam untuk bercengkrama dengan orang orang yang baru ia kenal itu.

"Hah.. sudah semakin sore, sepertinya kami harus pamit sekarang" tukas Lisa.

"Mwo? Apa kau akan kembali ke Seoul hari ini? Bahkan kau baru saja sampai beberapa jam yang lalu Sajangnim" ucap Dokter Chul.

"Iya aku harus pulang hari ini, biasa.. panggilan dadakan" ucap Lisa mencari alasan.

Wendy sedikit bingung dengan ucapan Lisa yang tiba tiba ingin kembali ke Seoul malam ini, padahal tadi pagi sebelum mereka berangkat Lisa mengatakan kalau mereka akan menginap disini, namun teringat akan kejadian beberapa jam yang lalu Wendy dibuat mengerti dengan kondisi yang terjadi saat ini jadi dia tidak berkomentar apapun.

"Kami tidak heran lagi Sajangnim, kau sangat sibuk" ucap perawat Baek yang tadi sudah sempat berkenalan dengan Lisa.

"Itu dia, aku saja sampai kewalahan mengatur jadwalku" kekeh Lisa berdiri dari duduk nya.

"Kalau begitu kami duluan" pamit Lisa pada yang lainnya yang diikuti oleh Wendy yang juga mulai akrab dengan orang orang disana.

Sementara itu di dalam kamar, Jennie masih betah memeluk anaknya yang tertidur dengan nyenyak di kasur single itu setelah sebelumnya sempat minum uyu botolnya.

Sesekali Jennie mencium Eyden dengan tatapan yang kosong karena kepalanya dipenuhi oleh masalahnya dengan Lisa, dia ingin cepat ini selesai tapi dia juga tidak tau harus mulai bercerita dari mana, karena ia merasa takut hanya untuk sekedar menatap mata Lisa.

Jennie pov

Syok itulah yang aku rasakan tadi saat kami berada di ladang sayuran itu, kembali lagi musibah tidak ada yang tau dan itu terjadi padaku beberapa jam yang lalu.

Saat kejadian itu hanya satu yang ada dipikiranku 'adik baby', karena sadar akan si kecil di perutku sehingga membuatku reflek berpegangan kuat pada Mino, bahkan bisa dikatakan aku memeluk Mino begitupun dengan Mino yang memeluk erat tubuhku agar aku tidak terjatuh.

Semuanya terjadi begitu cepat, dan saat kejadian hanya Mino lah satu satunya tempat untukku berpegangan, jika aku tidak memeluknya aku tidak tau lagi apa yang akan terjadi pada kami berdua, dan aku bersyukur kami baik baik saja, tidak ada luka atau apapun itu.

Namun ternyata hal itu disaksikan oleh suamiku yang datang secara tiba tiba, aku tidak tau sebanyak apa dia menyaksikan kejadian itu, tapi dari raut wajahnya aku bisa menyimpulkan jika dia hanya melihat saat aku memeluk Mino begitupun sebaliknya.

Bukan tidak suka dengan kehadirannya, jujur aku sangat bahagia keduanya datang mengunjungi ku, tapi kenapa kami harus bertemu dalam kondisi seperti itu, sampai akhirnya Lisa salah paham dan tidak menegurku sampai saat ini.

Sedih? Tentu, seharusnya ini menjadi waktu kami untuk saling menyalurkan rasa rindu tapi apalah daya, semuanya diluar kendaliku.

Disatu sisi aku mengakui jika posisiku dan Mino saat di kebun itu sangat tidak pantas ditambah lagi aku yang notabene nya sudah bersuami, namun disisi lain aku juga bersyukur disana ada Mino, bayangkan saja jika tidak ada Mino dan aku nekat turun ke ladang, kami semua wanita, kalaupun ada yang memegangi ku pasti mereka tidak akan kuat karena jelas dari segi tenaga sangat jauh berbeda.

Our Love Life (JENLISA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang