Prolog

3.8K 509 427
                                    

Hallo semua 👋
Sebelum baca, aku izin menyapa ya.

Ini cerita lanjutan dari Trigonometri yang pertama, jadi bagi yang belum baca kisah triplet sebelumnya, kalian bisa mampir ke lapak Trigonometri yang pertama biar nanti gak hah heh hah heh 😁

Oke deh, itu aja yang mau aku sampikan.

Semoga kalian suka dengan Trigonometri S2 ini, jangan lupa berikan dukungan kalian lewat vote dan komen 💚

Selamat membaca!

-
-
-
-
-
-
-
-








“Hah…”

Terdengar helaan napas lega dari seseorang yang baru saja keluar dari ruang operasi, dia menghabiskan waktu sekitar tujuh jam untuk menyelamatkan nyawa pasiennya. Hatinya mengucap syukur atas kelancaran dalam pekerjaannya hari ini.

Dia berjalan agak cepat menuju ruangannya, sesampainya di sebuah ruangan bercat putih, dia masuk ke dalam sana dan langsung mengganti baju operasinya menjadi kemeja berwarna hitam.

Selesai mengganti baju, dia menoleh ke arah meja kerja saat ponselnya berdering, dia berjalan untuk mengambilnya. Tersemat nama , “Mamah”

“Assalamualaikum?” sapanya lembut.

“Waalaikumsalam, Abang Altan.”

“Ada apa, Mah?” Altan menarik kursi kerjanya.  Matanya menangkap sebuah tas bekal yang ada di mejanya.

“Mamah kepikiran, gimana operasinya? Lancar?”

Altan tersenyum, dia memang selalu memberitau jadwalnya pada sang Mamah, terlebih saat akan melangsungkan operasi, pasti Altan selalu meminta doa lebih pada Mamahnya.

“Berkat doa Mamah, alhamdulillah lancar.”

“Alhamdulillah kalo gitu, sore tadi Mamah ke rumah sakit, nitip makanan buat Abang. Mamah nitip ke dokter Habibah.”

Altan meraih tas bekal berwarna lilac yang ada diatas mejanya. “Iya, ini bekalnya udah ditangan Altan, makasih ya Mah.”

“Sama-sama, dimakan ya!”

“Iya.”

“Kalo gitu Mamah tutup teleponnya dulu, assalamualaikum.”

“Waalaikumsalam.”

Sepuluh tahun berlalu, kini Altan telah menjadi seorang Dokter spesialis anak di salah satu Rumah Sakit, yang ada di Jakarta. Dia merupakan salah satu dokter spesialis paling muda di Indonesia karena diusianya yang menginjak dua puluh tujuh tahun, dia sudah mendapat gelar spesialis anak. Atlas dan Hafsah turut bangga pada putranya, dia tumbuh menjadi orang yang berguna untuk sesama. Di usia sekarang pun  membuat visualnya terlihat lebih matang. Seperti saat masa-masa sekolah dulu, Altan tetaplah manusia yang selalu dikagumi banyak orang entah tentang apapun itu, Altan sosok yang selalu diidam-idamkan khususnya bagi para wanita.

Plak

Satu tamparan keras mendarat dipipi mulus Althaf, seorang wanita berambut ikal itu melayangkan tamparan cukup keras, dengan wajah penuh amarah, dia kembali memaki Althaf.

“Dasar brengsek! Kamu lupa kalo sekarang aku sedang mengandung anak kamu?!”

Althaf menatap wanita itu dengan sorot mata tajam dan terasa dingin. “Pernikahan ini bukan aku yang meminta, dan aku masih tidak percaya jika bayi yang kamu kandung adalah anakku.”

Trigonometri 2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang