BAB 57. Kisah Sempurna

1.7K 305 120
                                    

Sebelum baca, jangan lupa buat tekan gambar bintang sampe berubah warna jadi oren 🤭 yuk tekan-tekan.

 

Udah? Makasih 💞

 

Selamat membaca!

 

 

 

 













Empat bulan lalu

 

Habibah melambaikan tangan pada Altan lalu mengunci pintu rumahnya, senyumnya menghilang sembari masuk ke dalam mobil, dia tidak benar-benar pergi ke rumah sakit. Habibah hanya pergi melewati beberapa rumah lalu kembali lagi ke rumahnya setelah beberapa menit.

Percakapannya dengan Mama Hafsah semalam membuat Habibah kembali di bohongi oleh Altan. Mama Hafsah mengatakan bahwa beliau memang datang dan sempat makan siang bersama Altan, Altan dengan kondisi sehat bisa berjalan dengan normal dan ingatan yang juga tidak hilang sama sekali.

Habibah menghela napas kasar, rasanya lelah sekali selalu dibohongi oleh Altan, Habibah tidak menyangka jika Altan tega membohonginya lagi, dengan alasan apa?  Habibah bertanya-tanya sendiri sejak semalam.

Dia tidak tahan lagi jika harus ikut berpura-pura tidak tahu kondisi Altan yang sebenarnya, sudah cukup bagi Habibah dan kini harus dia selesaikan meski sangat sulit melepas Altan namun dia tidak mau terluka lebih parah lagi, ini sudah membuatnya hancur.

Habibah membuka pintu rumahnya, pemandangan pertama yang dia lihat adalah kursi roda milik Altan yang ada di dekat sofa, lantas dia tersenyum kecut. Habibah berjalan pelan mencari keberadaan Altan, dia masuk ke dalam kamar namun tidak ada, akhirnya dia berjalan menuju halaman belakang rumah.

Benar adanya, Altan tengah memberi makan ikan-ikan dengan badan yang berdiri tegap, mata Habibah memanas, menahan tangis, dia tidak tau harus bagaimana, bahagia karena Altan sehat? Tapi rasanya sangat kecewa atas kebohongan yang telah Altan lakukan.

Habibah mengatur napas, menahan diri agar tidak menangis karena percuma, tangisnya tidak merubah rasa kecewa yang memeluk dirinya begitu erat hingga terasa sesak minta untuk dilepaskan.

Dilihatnya Altan berbalik, suaminya itu tampak terkejut dengan kehadirannya.

“Bibah.”

“Bahkan setelah semua yang saya lakuin buat kamu, kamu masih tega bohongin saya?” tanya Habibah dengan mata yang menatap Altan  tajam.

Altan mulai  mendekat. “Saya bisa jelasin.”

Habibah menggeleng. “Kamu gak tau gimana sulitnya saya selama ini.”  Habibah merasa dadanya begitu sesak seperti ada yang ingin meledak dari dalam dirinya.

“Saya tau.”

Jawaban Altan membuat Habibah ingin tertawa sekeras mungkin.

“Tau apa kamu?!”

Altan berhenti tepat di hadapan istrinya. “Kamu yang berjuang buat saya, kamu yang jaga saya dengan baik, dan hubungan kita yang hampir hancur kalo saya gak bohong tentang kondisi saya.”

Di tatapnya Altan dengan tajam, bahkan tidak ada air mata yang keluar, Habibah kecewa sangat dalam, jika Altan tau bagaimana kesulitannya Habibah, lantas kenapa harus berbohong lagi dan lagi, Habibah benci itu.

Trigonometri 2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang