BAB 45. Kasih Sayang dari Allah

1.3K 318 186
                                    

Sebelum baca, jangan lupa buat tekan gambar bintang sampe berubah warna jadi oren 🤭 yuk tekan-tekan.

 

Udah? Makasih 💞

 

Selamat membaca!

 

 















Habibah merasakan usapan pelan di kepalanya, dia membuka mata, melihat ada Uminya yang tengah tersenyum. Dia langsung bangkit dari posisi berbaring, terkejut kenapa bisa Uminya datang.

“Umi.”

“Bibah.” Umi meraih kedua tangan putrinya. “Pasti berat banget ya, Nak?” tanyanya. Habibah mengangguk cepat, dia memeluk Uminya denga air mata yang tidak dapat dia bendung lagi. Umi membalas pelukan putrinya, beliau juga ikut merasakan bagaimana sakit dan hancurnya hati Habibah.

“Bibah harus gimana Mi? Mas Altan.... Pernikahan Bibah, Zameena. Gimana caranya Bibah bertahan?  Ini berat dan capek Mi.”

Umi ikut meneteskan air matanya. “Bibah, tenang Nak. Ada Allah yang selalu bersama kita, ada Allah yang akan menolong dan mengangkat setiap kesulitan yang tengah dihadapi.”

Habibah tak menjawab, dia mengangguk pelan sembari terus menangis, hanya ingin menangis karena kehabisan kata-kata untuk mengungkapkan bagaimana rasanya saat ini.

“Habibah,  Umi tau kamu capek, pasti ini berat buat kamu jalani. Tapi yang Umi tau, Habibah adalah orang yang mampu bertahan disegala situasi, Umi yakin kali ini kamu juga mampu buat hadapi semuanya.”

“Umi.” Habibah menatap wajah Uminya. “Habibah cinta sama Mas Altan seluas ikhlas Habibah melepasnya nanti.”

Habibah membuka mata, dia mengerjap beberapa kali lalu menyentuh pipinya yang basah, dia mimpi bertemu Uminya sampai tangis itu terbawa ke dunia nyata. Habibah masih mengenakan mukena, dia rasa dia tidak sengaja tertidur sehabis salat isya tadi.

Altan telah selesai menjalani operasi selama tujuh jam, kini dia masih berada di ruang ICU dengan kondisi yang belum stabil. Habibah masih setia menjaganya seorang diri, perempuan itu juga tidak mengaktifkan ponselnya untuk sementara waktu.

Siang tadi dia juga telah menyelesaikan masalah pemakaman Zameena dan Zaena, mereka telah di makamkan dengan layak, Habibah yang mengurus semuanya sendirian, mereka di makamkan di pemakaman dekat rumah sakit.

Meski Zameena adalah penyebab rumah tangganya diambang kehancuran, namun Habibah masih memiliki rasa belas kasih yang tulus untuknya, Habibah telah memaafkan segala kesalahan dan perbuatan Zameena yang membuatnya sakit hati. Habibah telah ikhlas memaafkan meski nanti, dia akan tetap mencari tau alasan mengapa Altan pergi bersama Zameena. Dan apa sebenarnya hubungan keduanya.

Setelah selesai dari musolah, Habibah kembali menemui Altan di dalam ruang ICU, perempuam itu mengenakan baju steril sebelumnya. Habibah menatap layar monitor yang menunjukkan grafik jantung  dan pernapasan yang naik turun di bawah kisaran normal.

Habibah memandangi wajah suaminya yang terdapat banyak luka. “Mas, ada banyak hal yang ingin saya lakukan bareng kamu dan masih banyak obrolan-obrolan kita yang tertunda.” Habibah meraih tangan Altan. “Bertahan ya?” dia mencium punggung tangan suaminya. “Saya bersyukur punya kamu, meski hati saya hancur berantakan karena kamu, tapi saya bisa sembuh kok, sembuh asal kamu  tetap ada disisi saya.” Air mata Habibah kembali jatuh, hatinya kembali memohon pada Sang Illahi, memohon untuk tidak menyuruh suaminya pulang dengan cepat.

Trigonometri 2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang