BAB 35. KHAWATIR

1.4K 329 186
                                    

Sebelum baca, jangan lupa buat tekan gambar bintang sampe berubah warna jadi oren 🤭 yuk tekan-tekan.

 

Udah? Makasih 💞

 

Selamat membaca!

 

 

















 

“Taroh situ, Bang.” Pinta Altan pada Althaf yang membawa kardus berisi buku-buku kesehatan.

Althaf manaruh kardus tersebut dekat rak buku yang ada di ruang kerja Altan. Pagi ini Altan dan Habibah mulai mengisi rumah baru mereka, iya meski Habibah minta pada Altan untuk tinggal di rumah mertua beberapa hari lagi sebelum mereka resmi pindahan.

Althaf merentangkan badan. “Anjir, berat banget. Untung lo punya kembaran yang kuat begini.” Ucapnya sembari menunjukkan otot bisepnya.

Altan tersenyum lalu menepuk lengan kekar Althaf. “Saya juga punya.”

“Bagusan punya gue.” Althaf tidak mau kalah.

“Punya Alfan lebih bagus,” balas Altan sambil lalu. Althaf langsung menyingkap kaos yang dia pakai lalu merunduk melihat kondisi perutnya. “Lah mana kotaknya?” tanyanya seorang diri. Kelakuan random Althaf tak luput perhatian dari Altan, kembarannya itu geleng-geleng kepala.

“Mas?”

Altan menoleh. “Iya, sayang.”

Habibah memberikan ponsel milik Altan yang tadi dia pinjam untuk menghubungi Uminya karena ponsel miliknya tertinggal di rumah mertuanya.

“Tadi ada yang telepon.”

“Oh iya, siapa?” Altan menerima ponselnya lalu mengecek daftar panggilan saat membaca nomor telepon yang tidak dia simpan. “Kamu angkat?”

“Gak tau, pas saya angkat malah diputus secara sepihak.”

Altan menyimpan ponselnya dalam saku celana, dia mengusap puncak kepala istrinya. “Lain kali gak usah diangkat ya.”  Setelah mengatakan itu, Altan pergi menuju mobilnya untuk mengambil barang-barang lain.

Senyum Habibah mengendur saat suaminya melangkah pergi dan kembali dengan kegiatannya lagi, sementara itu di balik tembok pembatas ruangan keluarga dan ruang tamu. Althaf menatap Habibah penuh curiga, dia rasa ada yang Habibah sembunyikan.

Setelah selesai memindahkan barang-barang ke rumah baru, Altan, Habibah, dan Althaf, kembali ke rumah orangtua mereka. Sejak pulang dari rumah baru, Altan tampak lebih fokus pada ponselnya, bahkan setelah makan malam dia tampak menerima telepon entah dari siapa, yang jelas Altan menjauh dari Habibah saat menerima telepon tersebut.

Habibah menoleh ke arah jam dinding, waktu menunjukkan pukul dua belas malam namun Altan tak kunjung masuk kamar, dia berusaha memejamkan mata dah hasilnya sama saja. Otaknya terus merangkai skenario yang membuatnya takut memejamkan mata.

Habibah menarik napas dan kembali dzikir, kebiasannya memang seperti itu, dzikir sampai akhirnya tertidur sendiri. Telinga Habibah mendengar pintu kamar terbuka, dia buru-buru menutup mata dan pura-pura tidur.

Altan kembali menutup pintu dan menguncinya, dia berjalan ke arah kasur. Dilihatnya Habibah sudah tidur lantas Altan menaruh ponsel diatas nakas dan bergabung dengan istrinya.

Trigonometri 2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang