BAB 44. Rumah Kita Berantakan

1.4K 321 233
                                    

Sebelum baca, jangan lupa buat tekan gambar bintang sampe berubah warna jadi oren 🤭 yuk tekan-tekan.

 

Udah? Makasih 💞

 

Selamat membaca!

 

 

 

 

 

 











Terkadang, keinginan kita bukanlah keinginan-Nya. Hal itu tentu membuat kita ingin protes  namun dibalik itu semuanya, ternyata keinginan-Nya lebih indah. Wajar salah mengartikan hal yang Allah beri karena prasangka buruk menghampiri lebih dulu.

Habibah selalu berusaha untuk selalu berprasangka baik atas apa yang Allah inginkan darinya, dia selalu belajar menerima dengan ikhlas atas takdir yang diberikan, meski tidak bisa bohong jika dirinya terkadang kecewa dengan apa yang menimpanya.

Termasuk takdir tentang Altan, kisahnya sejak awal memang menyakitkan terlebih kabar yang dia terima semalam tentang Altan, hatinya hancur, bahkan tubuhnya seakan kehilangan separuh jiwanya.

Habibah tiba di Rumah Sakit Bandung pukul empat pagi, dia berlari menuju ruang operasi menemui rekan dokternya yang telah menunggu di sana, mata perempuan itu tampak lelah akibat tidak tidur semalaman karena pergi seorang diri dari Jakarta menuju Bandung.

Dini hari tadi, dia mendapat telepon dari pihak kepolisian, Altan mengalami kecelakaan tepat setelah keluar dari jalan tol Bandung, dari informasi yang Habibah terima, mobil suaminya dihantam truk dan bukan hanya Altan yang menjadi korban kecelakaan tersebut melainkan ada seorang perempuan dan anak perempuan yang meninggal di tempat sedangkan Altan mengalami kritis saat ini.

“Dokter Tiar.”

Laki-laki berkacamata itu menoleh saat Habibah memanggilnya. Helaan napas lega keluar dari bibir Tiar saat melihat teman lamanya itu.

Habibah melangkah pelan menuju Tiar, sorot mata itu membuat hati Tiar ikut merasakan sakit. Tiar sempat menangani Altan di IGD sebelum akhirnya Altan masuk dalam ruang operasi untuk melakukan operasi cito akibat cedera otak yang dialaminya. 

“Dokter Altan baru masuk ruang operasi sejam lalu,” ucap Tiar tanpa menunggu pertanyaan dari Habibah. “Suamimu sempat henti jantung,” ucap Tiar lagi namun kali ini terdengar pelan.

Habibah diam mendengarkan, meski dia telah mendapat penjelasan dari Tiar lewat telepon kalau Altan mengalami cedera otak namun Tiar tidak mengatakan bahwa Altan sempat henti jantung.

“Habibah, perempuan dan anaknya meninggal di tempat—“

“Jenazahnya.” Habibah menatap Tiar. “Bisa saya lihat jenazah mereka?” tanyanya setenang mungkin tanpa adanya air mata yang menetes.

Pertanyaan Habibah tentu diiyakan oleh Tiar, mereka langsung menuju ruang jenazah untuk melihat jenazah perempuan yang mengalami kecelakaan bersama Altan.

Habibah tidak akan terkejut jika itu adalah Zameena dan Zaena, sangat disayangkan. Dan fakta itu memang benar adanya.

Habibah menatap jenazah Zameena dan menatap jenazah Zaena yang ada disampingnya. Habibah merasakan sakit yang amat teramat dalam hatinya saat menatap wajah damai Zaena. Allah lebih menyayangi Zaena sampai-sampai harus pulang mendahuluinya.

Trigonometri 2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang